Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mario Zagallo, Legenda Unik Timnas Brasil

6 Januari 2024   21:19 Diperbarui: 6 Januari 2024   21:30 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bicara soal nama-nama pemain legendaris Timnas Brasil, kebanyakan orang biasanya akan langsung menyebut nama-nama juara Piala Dunia seperti Pele, Romario, Roberto Carlos, Cafu, Ronaldo, Rivaldo, Ronaldinho atau Kaka sebagai nama yang pertama kali muncul di pikiran.

Maklum, mereka punya kemampuan individu istimewa dan keunikan masing-masing. Ada yang jago gocek, ada yang rajin mencetak gol, dan ada juga yang kisah hidupnya difilmkan atau meraih Ballon D'Or tanpa ada yang protes.

Tapi, dari sekian banyak nama legenda sepak bola Brasil yang pernah beredar, nama Mario Zagallo menjadi nama dengan kisah cukup unik. Sosok yang lahir pada tahun 1931 ini mampu meraih aneka prestasi cemerlang bersama Tim Samba, baik sebagai pemain, pelatih maupun asisten pelatih.

Sebagai pemain, sosok yang dikenal dengan sebutan Vava ini menghabiskan karier bersama Flamengo dan Botafogo antara tahun 1951-1965. Dalam rentang waktu itu, Timnas Brasil juga dibelanya sebanyak 33 kali, antara tahun 1958-1964.

Meski hanya mencetak lima gol dan tak pernah bermain di klub top Eropa, sosok yang identik dengan nomor punggung 13 ini menjadi pilar penting tim, saat Selecao juara Piala Dunia 1958 dan 1962 dalam tim yang juga dimotori Pele dan Garrincha.

Satu dari lima golnya bahkan lahir di final Piala Dunia 1958, saat tuan rumah Swedia digasak dengan skor telak 5-2. Di Piala Dunia 1962, namanya bahkan ikut masuk dalam daftar Tim Terbaik Turnamen.

Selepas gantung sepatu, eks pemain sayap ini lalu merambah karier sebagai pelatih. Sebuah babak yang dalam prosesnya berjalan begitu panjang.

Dimulai dari Botafogo, sebagian besar karier melatihnya dihabiskan di Brasil, dengan klub-klub seperti Flamengo, Portuguesa, Bangu, Fluminense dan Vasco da Gama pernah diasuhnya.

Hanya saja, seperti saat bermain dulu, Zagallo tak pernah melatih tim di liga-liga top Eropa. Uniknya, seluruh pengalaman melatih Si Profesor di luar negeri didapat di Timur Tengah. Tepatnya, kala melatih Kuwait (1976-1978), Al Hilal (1979), Arab Saudi (1981-1984) dan Uni Emirat Arab (1989-1990).

Prestasinya terbilang lumayan, karena Kuwait mampu dibawanya ke final Piala Asia 1976 dan juara Piala Teluk 1976, Al Hilal mampu meraih titel Liga Saudi musim 1978-1979, dan Uni Emirat Arab lolos ke Piala Dunia 1990, yang masih jadi penampilan tunggal mereka hingga kini.

Di Arab Saudi, keberhasilan meloloskan The Green Falcons ke Olimpiade 1984 menjadi satu prestasi. Pada babak  kualifikasi, Timnas Indonesia angkatan Ricky Yakobi dan Djoko Malis sempat dihadapi di Stadion Gelora Bung Karno, dengan kedua tim kala itu bermain imbang 1-1.

Tapi, diantara sekian banyak tim yang pernah ditanganinya, Timnas Brasil menjadi tim yang paling sering putus-sambung dengannya. Ada enam periode berbeda, yang pernah dijalaninya bersama Selecao, baik sebagai pelatih kepala, asisten pelatih maupun pelatih interim.

Sebagai pelatih kepala, Zagallo pernah bertugas pada periode 1967-1968, 1970-1974 dan 1994-1998. Pada periode pertama dan keduanya, trofi Piala Dunia 1970 menjadi titik puncak prestasinya.

Selain memastikan trofi Piala Dunia ketiga buat Tim Hijau-Kuning dan memastikan status Pele sebagai legenda sepak bola Brasil, Zagallo juga ikut mencatat sejarah, sebagai orang pertama yang meraih Piala Dunia sebagai pemain dan pelatih.

Pele dan Zagallo (AP via Theguardian.com)
Pele dan Zagallo (AP via Theguardian.com)
Perannya di tim nasional juga terasa unik, karena bersifat lintas generasi. Sebelum menjalani periode ketiganya di Timnas Brasil, sosok bernama lengkap Mario Jorge Lobo Zagallo lebih dulu menjadi asisten pelatih Carlos Alberto Parreira saat Romario dkk juara Piala Dunia 1994.

Jadi, ketika mulai bertugas lagi sebagai pelatih kepala, ia tak ragu menduetkan Romario dan Ronaldo yang beda generasi. Kombinasi duet Ro-Ro ini mampu memenangkan Piala Konfederasi dan Copa America 1997.

Dengan demikian, Zagallo mencatat histori unik, sebagai satu-satunya pelatih yang menangani Pele, Romario, dan Ronaldo. Sesuatu yang saat ini hanya mungkin dilakukan di game simulasi.

Dalam hal torehan trofi di Timnas Brasil, Zagallo menjadi pelatih pertama yang pernah meraih Piala Dunia, Copa America dan Piala Konfederasi. Capaian ini sekaligus membuktikan, Zagallo bukan hanya jago taktik, tapi juga mampu menyatukan tim penuh bintang. Sesuatu yang belakangan hilang di Timnas Brasil.

Meski Piala Dunia 1998 ditutup dengan kekalahan 0-3 dari tuan rumah Prancis, dengan cedera misterius Ronaldo sebagai bumbu kontroversi, posisi Zagallo sebagai legenda besar sepak bola Brasil tetap tak terbantahkan.

Karena itulah, namanya masih diterima dengan baik saat bertugas sebagai pelatih sementara Timnas Brasil usai juara Piala Dunia 2002 dan kembali bertugas sebagai asisten pelatih Carlos Alberto Parreira sampai pensiun dari dunia kepelatihan tahun 2006, segera setelah Brasil tersingkir di perempatfinal Piala Dunia.

Zagallo dan Ronaldo (Thetimes.co.uk)
Zagallo dan Ronaldo (Thetimes.co.uk)
Secara total, Zagallo ikut terlibat dalam 4 dari 5 kemenangan Brasil di Piala Dunia, ditambah satu kekalahan di final (1998), perempat final (2006) dan semifinal (1974).

Kronik sepak bola nasional Brasil bahkan mencatat, pada final Piala Dunia 1950, Zagallo ikut bertugas sebagai tenaga keamanan di Stadion Maracana, kala Uruguay meraih trofi Piala Dunia, usai secara mengejutkan membungkam Brasil 1-2, dalam laga yang dikenal sebagai "Maracanazo" dan memicu momen berkabung nasional di Brasil.

Dengan rekam jejak panjang dan sumbangsih besarnya di sepak bola, FIFA memberinya penghargaan Order of Merit pada tahun 1992. Botafogo, klub yang pernah dibelanya sebagai pemain dan pelatih, juga membuat patung perunggu Zagallo tahun 2013 di depan Stadion Nilton Santos.

Sepeninggal Pele pada akhir tahun 2022 silam, Zagallo menjadi nama terakhir dari tim juara Piala Dunia 1958 yang masih hidup, sampai akhirnya wafat Jumat (5/1) lalu dalam usia 92 tahun karena sakit dan faktor usia.

Tentu saja, ini menjadi satu kehilangan besar lainnya buat publik sepak bola Brasil. Tapi, jejak panjang Zagallo di tim nasional Brasil tetap menjadi satu memori abadi, dalam perjalanan panjang Selecao.

Patung perunggu Zagallo (Globoesporte.com)
Patung perunggu Zagallo (Globoesporte.com)
Di sisi lain, kiprah Zagallo dan posisi uniknya sebagai pemain dan pelatih legendaris Brasil mungkin akan jadi contoh langka terakhir, dari sosok pemain dan pelatih yang mampu juara Piala Dunia (sampai empat kali) tanpa pernah bermain atau melatih di Eropa.

Sebuah anomali di sepak bola modern yang cenderung "Eropa-sentris", sekaligus menjadi warisan unik Mario Zagallo sebagai legenda besar sepak bola dunia.

RIP, Mario Zagallo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun