Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kembalinya Mode "Nanggung" Arsenal

1 Januari 2024   14:26 Diperbarui: 2 Januari 2024   03:15 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Reaksi kekecewaan kapten Arsenal Martin Odegaard setelah kalah 0-2 dalam derbi London dari West Ham United di Stadion Emirates, Jumat (29/12/2023) dini hari WIB. Foto: AFP/HENRY NICHOLLS via KOMPAS.id

Bicara soal performa Arsenal dalam 2-3 musim terakhir, pecinta sepak bola umumnya sepakat, tim dari kota London ini telah berkembang cukup pesat dan mampu kembali kompetitif di papan atas.

Terbukti, setelah mampu menjadi pesaing Manchester City di pacuan juara Liga Inggris musim 2022-2023, tim asuhan Mikel Arteta ini lolos ke fase gugur Liga Champions dan masih bersaing di papan atas Liga Inggris musim 2023-2024.

Dari segi permainan, The Gunners juga memperlihatkan progres positif. Ada ide yang jelas dan konsisten, seperti halnya standar kualitas permainan yang sesuai dengan identitas klub sebagai satu tim papan atas.

Tapi, aneka progres ini ternyata membawa serta satu kelemahan lama Arsenal, khususnya di kompetisi maraton seperti Liga Inggris, yakni level performa yang masih "nanggung".

Dalam artian, meski punya kualitas yang sesuai untuk bersaing di posisi empat besar, tim kesayangan Gooners ini masih belum cukup kuat untuk bersaing di pacuan juara.

Pada musim 2022-2023 lalu, masalah ini terlihat, ketika Bukayo Saka cs tiba-tiba kehabisan bensin di pekan-pekan krusial dan disalip Manchester City. Padahal, mereka sudah cukup lama duduk di pucuk klasemen.

Dengan materi pemain yang didominasi pemain muda, dan performa ngeri Manchester City yang sukses meraih Treble Winner, kegagalan ini mungkin bisa diterima. Malah, Arsenal dianggap punya prospek cerah, karena berkembang pesat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Apalagi, Tim Meriam London lalu bergerak mendaratkan Declan Rice dari West Ham dengan menggelontorkan dana transfer 105 juta pounds. Prospek cerah ini juga terlihat menjanjikan, karena trofi Community Shield mampu didapat jelang kick off Liga Inggris, setelah mengalahkan Manchester City.

Pada awalnya, prospek cerah yang dihadirkan rival bebuyutan Tottenham Hotspur ini juga terlihat, dari start bagus di awal musim, yang berbuah posisi puncak jelang Natal, segera setelah membendung Liverpool 1-1 di Anfield.

Tapi, begitu memasuki periode Natal, yang notabene merupakan awal puncak periode sibuk Liga Inggris, Arsenal tiba-tiba langsung ambruk, setelah kalah 0-2 dari West Ham dan ditekuk Fulham 1-2 secara beruntun.

Meski sebenarnya masih berada pada level yang sama seperti musim lalu, dengan sedikit peningkatan, tim kesayangan Gooners ini tampak mulai keteteran.

Bukan karena performa tim jeblok, tapi lebih karena mereka tidak menduga, dinamika papan atas Liga Inggris musim 2023-2024 terlihat jauh lebih rumit dari musim sebelumnya.

Maklum, lawan yang dihadapi kali ini bukan hanya Manchester City si pemenang Treble Winner. Ada Liverpool yang punya lini tengah versi baru, dengan pengalaman pernah menjadi lawan sepadan buat Manchester City di pacuan juara Liga Inggris.

(Goal.com)
(Goal.com)

Ada juga Aston Villa dan Tottenham Hotspur, yang diluar dugaan mampu merangsek ke papan atas. Jadi, tekanan yang ada jelas lebih berat, dan pengalaman musim lalu ternyata belum cukup menjamin, apakah Arsenal cukup kuat menghadapi tekanan serumit ini.

Meski dilatih Mikel Arteta, yang pernah jadi asisten Pep Guardiola di Manchester City, Tim London Merah masih perlu meningkatkan level performa mereka, khususnya ketika bertanding dalam tekanan "wajib menang".

Kalau tekanan untuk menang malah berbalik jadi beban berat yang membebani para pemain, rasanya periode Natal-Tahun Baru musim 2023-2024 akan jadi masa sulit  yang terasa panjang buat kubu Emirates Stadium.

Alhasil, Arsenal-nya Arteta saat ini masih akan sebatas berada pada level "pemburu tiket Liga Champions" seperti pada era Arsene Wenger pasca "Invincibles". Sebuah masa dimana Arsenal mampu menjadi tim sangat konsisten dalam hal finis di posisi empat besar Liga Inggris, meski bermateri pemain macam Nicklas Bendtner, Laurent Koscielny, Denilson, dan Abou Diaby.

Di luar urusan mental, Tim Gudang Peluru sebenarnya juga punya kelemahan cukup mencolok di lini depan. Dimana, sepeninggal Pierre Aubameyang dan Alexandre Lacazette, mereka belum punya lagi penyerang yang cukup bisa diandalkan, terutama dari sisi performa dan pengalaman.

Sebenarnya, Arsenal masih punya Gabriel Jesus yang cukup kenyang pengalaman bersama Manchester City. Masalahnya, performa penyerang asal Brasil ini belum cukup konsisten, karena terganggu masalah cedera otot dan lutut.

Karena itulah, mereka perlu menghadirkan penyerang baru berkualitas, supaya beban mencetak di lini tengah tak terlalu berat. Lini tengah sendiri memang jadi senjata andalan Arsenal era Arteta, karena pos yang dimotori Martin Odegaard (Norwegia) ini punya kreativitas tinggi dan cukup rajin mencetak gol.

Sejauh ini, senjata itu cukup ampuh, tapi sekali bisa diredam, hasil kekalahan beruntun seperti saat melawan West Ham dan Fulham bukan sebuah kejutan.

Selama masalah mental dan teknis ini belum benar-benar diperbaiki, selama itu juga Arsenal masih akan berada dalam mode "nanggung": bisa bersaing dan finis di papan atas, tapi belum cukup kuat untuk bersaing di pacuan juara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun