Tapi, kalau melihat situasinya, masalah Lavia ini datang dari akumulasi masalah kebugaran yang sejak awal tak ditangani secara tuntas.
Masalah ini awalnya datang dari keengganan sang pemain untuk bermain di kasta kedua Liga Inggris. Akibatnya, ia tak mengikuti program latihan klub.
Otomatis, Soton tak mau ambil risiko, dengan memainkan pemain yang secara fisik tidak cukup fit. Klub juga tak mau rugi karena kehilangan kesempatan menjual mahal pemain yang sudah tak betah.
Dari segi transfer, ini memang menguntungkan, tapi justru merugikan si pemain, khususnya dalam hal kebugaran fisik. Akibatnya, saat transfer terlaksana, pemain tak berada dalam kondisi fisik ideal di klub.
Selain Lavia, sebenarnya masalah kebugaran juga terjadi pada Caicedo, yang tidak ikut program latihan Brighton, jelang proses transfernya ke Chelsea. Hanya saja, pemain asal Ekuador itu lebih banyak bermasalah dengan performa inkonsisten.
Tapi, masalah Lavia menjadi lebih rumit, karena rentetan cedera membuatnya hanya akan punya waktu efektif selama 3 bulan untuk bisa bermain. Itupun jika tidak cedera lagi.
Memang, dengan usianya yang masih 19 tahun, masih ada kesempatan untuk memperbaiki situasi dan berkembang. Tapi, jika masalah ini masih berlarut-larut, sepertinya Lavia akan jadi salah satu transfer blunder The Blues di era terkini, karena harganya yang mahal dan kontraknya yang panjang hanya dibayar dengan rentetan cedera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H