Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kembalinya Aura "Benteng" Anfield

4 Desember 2023   16:43 Diperbarui: 4 Desember 2023   16:53 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul di atas adalah satu kesimpulan yang saya dapat, khususnya setelah melihat performa kandang Liverpool sejauh musim 2023-2024 bergulir.

Termasuk kemenangan 4-3 melawan Fulham, Minggu (3/12) lalu dalam lanjutan kompetisi Liga Inggris, pasukan Juergen Klopp sudah mencatat 11 kemenangan di 11 partai kandang di berbagai kompetisi, yakni Liga Inggris, Liga Europa dan Carabao Cup.

Untuk ukuran tim yang sempat menurun musim lalu, tren performa ini menjadi satu  perbaikan signifikan. Ada rasa lapar untuk menang, dan kemampuan memanfaatkan atmosfer khas Stadion Anfield sebagai energi ekstra.

Sebenarnya, pendekatan ini pernah menjadi senjata ampuh The Kop, ketika mereka juara Liga Inggris musim 2019-2020, dan bersaing ketat dengan Manchester City di jalur juara liga (musim 2018-2019 dan 2021-2022).

Kehebatan "benteng Anfield" juga ikut andil membantu langkah The Reds ke final Liga Europa (2015-2016) dan 3 kali masuk ke final Liga Champions (2017-2018, juara di edisi 2018-2019 dan 2021-2022).

Sebelum kemenangan dramatis 4-3 atas Fulham, pemandangan serupa juga pernah hadir di Liga Europa musim 2015-2016, kala mengalahkan Borussia Dortmund dengan skor 4-3, dan saat menang agregat 4-3 atas Barcelona, dalam sebuah misi nyaris mustahil di semifinal Liga Champions musim 2018-2019.

Tapi, ada satu hal yang jadi pembeda di sini, yakni adanya satu pergeseran taktik, dengan mulai hidupnya lini tengah dalam hal kreativitas dan serangan.

Seperti diketahui, Liverpool di era Juergen Klopp sangat bergantung pada ketajaman di lini depan dan suplai umpan silang dari bek sayap. Jika lini depan buntu dan suplai umpan silang macet, habislah sudah.

Kelemahan ini cukup terekspos musim lalu, dan coba dibenahi di musim 2023-2024, lewat transfer Dominik Szoboszlai, Alexis MacAllister, Wataru Endo dan Ryan Gravenberch.

Kedatangan mereka melengkapi inovasi taktik yang sudah lebih dulu berjalan di akhir musim lalu. Tepatnya ketika Trent Alexander-Arnold mulai ditugaskan menjadi "inverted wing back" yang lebih banyak bermain di lini tengah.

Dengan lini tengah yang sudah lebih hidup, lini tengah Si Merah tak lagi kehilangan sosok Thiago Alcantara, gelandang jenius yang (sayangnya) langganan cedera.

Tak heran, ketika Mohamed Salah dijaga ketat dalam laga melawan Fulham, sementara Darwin Nunez dan Luis Diaz tampil melempem di lini depan, lini tengah (lengkap dengan inovasi taktiknya) muncul sebagai solusi.

Alexis MacAllister mampu mencetak gol indah lewat tendangan keras jarak jauh, seperti halnya Endo yang masuk sebagai pemain pengganti, saat tim tertinggal 2-3.

Sementara itu, tendangan bebas Trent Alexander-Arnold mampu menghasilkan gol, sebelum akhirnya kembali mencetak gol kemenangan lewat tendangan akurat di menit-menit akhir waktu normal.

Catatan "comeback" ini sebenarnya bukan yang pertama kali terjadi di Anfield, khususnya pada musim 2023-2024. Tapi, tren sapu bersih Mohamed Salah dkk di rumah sendiri (sejauh ini) telah sedikit mengembalikan aura Anfield sebagai benteng tangguh.

Meski secara kapasitas belum berfungsi penuh, karena renovasi Tribun Anfield Road End masih belum tuntas, stadion berkapasitas total 61 ribu kursi ini tampaknya akan kembali menjadi kunci perjalanan rival sekota Everton di musim 2023-2024.

Secara performa tim, Liverpool memang belum cukup stabil. Meski begitu, performa ciamik di rumah sendiri menunjukkan, seberapa hebat pengaruh Kopites sebagai pemain ke 12.

Jika performa hebat mereka di kandang bisa dipertahankan sampai akhir musim, rasanya melangkah jauh, bahkan meraih trofi bukan satu kemustahilan.

Masalahnya, berhubung kompetisi sepak bola itu juga punya jadwal partai tandang, tim asuhan Juergen Klopp harus mulai menaikkan level performa di partai tandang.

Di liga, meski baru sekali kalah, The Anfield Gank ternyata hanya mampu mencatat dua kemenangan dan empat hasil imbang. Di Liga Europa, meski akhirnya jadi juara grup, satu kekalahan didapat saat takluk 2-3 dari tuan rumah Toulouse (Prancis).

Kalau tak segera diperbaiki, performa tandang bisa menjadi titik lemah sekaligus bumerang buat perjalanan tim secara umum. Tentu saja, ini akan jadi satu PR buat Juergen Klopp dan tim pelatihnya, jika ingin melangkah sejauh mungkin.

Andai level performa tandang tim kesayangan Kopites ini bisa ikut meningkat dalam waktu dekat, mungkin kiprah tim musim ini bisa menghadirkan satu lompatan besar. 

Kalaupun tidak sampai ikut di pacuan juara, bisa finis di posisi empat besar saja tetap jadi sebuah prestasi, karena tim yang ikut bersaing di posisi empat besar Liga Inggris belakangan semakin banyak.

Mampukah?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun