Untuk ukuran kiper tim finalis  Liga Champions musim 2022-2023, yang ditransfer dengan harga 47 juta pounds, performanya  masih jauh panggang dari api. Jangankan solid, konsisten saja masih kesulitan.
Pada titik tertentu, eks kiper Inter Milan ini juga terlihat seperti kebingungan. Padahal, seorang kiper bertipikal modern biasanya cukup proaktif, bahkan cenderung "cerewet" dalam mengatur pertahanan.
Jadi, seharusnya ada peran yang saling mengisi di sini. Saat performa kiper kurang  maksimal, lini belakang bisa meng-cover kekurangan itu, begitu juga sebaliknya.
Sejauh ini, peran dan fungsi dasar Onana sebagai seorang kiper modern masih belum berjalan optimal. Tidak ada komunikasi apalagi kerja sama cukup baik, dan itu cukup terekspos di dua laga terakhir Setan Merah.
Setelah sebelumnya dipaksa bermain imbang 3-3 melawan Galatasaray di Liga Champions, dengan Onana membuat sepasang blunder fatal, United kembali dipaksa menelan pil pahit, usai kalah 0-1 dari Newcastle United di Liga Inggris, Minggu (3/12, dinihari WIB).
Sepasang hasil negatif ini dengan cepat menutup "hype" yang muncul, berkat kemenangan beruntun tanpa kebobolan di dua laga sebelumnya. Tak ada lagi puja-puji pada gol akrobatik Alejandro Garnacho atau performa solid Harry Maguire, karena United sedang kembali ke mode lawak.
Tak heran, meme kocak soal performa Onana pun kembali bermunculan di dunia maya. Sudah turun peringkat di klasemen, terancam masuk kotak di fase grup Liga Champions, jadi bulan-bulanan pula.
Satu-satunya hal yang menyelamatkan adik Nana Onana (eks pemain Persija Jakarta) ini hanya dukungan nonstop sang pelatih kepadanya. Meski performanya naik-turun, Ten Hag terus membelanya.
Pelatih asal Belanda itu bahkan terus memainkan sang kiper tanpa ragu, sekalipun masih punya Altay Bayindir di bangku cadangan. Bayindir sendiri datang hampir bersamaan dengan Onana, setelah menjalani kiprah cukup sukses bersama Fenerbahce (Turki).
Sikap "koppig" pelatih plontos itu sendiri bisa dimengerti, karena Onana adalah bagian dari rencana besar taktiknya. Tapi, terlalu kukuh pada idealisme, di klub yang belakangan sangat menuntut hasil akhir, jelas sebuah kesalahan.