Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sekuel Paradoks Tottenham Hotspur

28 November 2023   13:57 Diperbarui: 28 November 2023   14:08 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Liga Inggris musim 2023-2024 baru saja melewati sepertiga jalan. Ada tim yang sudah menemukan ritme performa, dan ada juga yang tampak kehilangan ritme, justru setelah membuat awalan bagus.

Situasi yang disebut terakhir mungkin jadi sesuatu yang sangat dihindari, tapi inilah yang sedang dialami Tottenham Hotspur. Setelah sebelumnya sempat memuncaki klasemen sementara Liga Inggris, mereka justru terperosok ke posisi 5 klasemen, akibat mencatat tiga kekalahan beruntun.

Dalam perjalanan mengarungi kompetisi bersifat maraton seperti Liga Inggris, situasi ini adalah satu kerugian besar, karena tim dari kota London itu justru sudah tampak kehabisan bensin, saat "pit stop" bursa transfer musim dingin masih jauh.

Situasi ini seperti satu sekuel paradoks, karena mereka baru saja mencatat start bagus, yang bahkan disebut sebagai salah satu start terbaik dalam sejarah klub, justru setelah ditinggal pergi Harry Kane ke Bayern Munich, dan mendatangkan Ange Postecoglou, pelatih asal Australia yang pada awalnya bukan target teratas kandidat pelatih klub.

Memang, Spurs punya keuntungan tersendiri dari segi jadwal, karena absen di kompetisi antarklub Eropa, dan sudah tersingkir di Carabao Cup, tapi keuntungan ini tak bisa dimaksimalkan, karena James Maddison dan Micky van de Ven cedera, setelah menjalani awalan bagus.

Keduanya bahkan telah menjadi pemain kunci di lini tengah dan belakang, tapi masalah cedera engkel dan otot membuat mereka harus menepi sampai tahun baru.

Daftar absensi Spurs juga semakin banyak, karena Rodrigo Bentancur kembali cedera saat melawan Aston Villa, akhir pekan lalu, dalam laga pertamanya setelah sembuh dari cedera lutut.

Pemain Uruguay itu terpaksa harus kembali bergabung dengan Ivan Perisic, Manor Solomon dan Ryan Sessegnon di ruang perawatan.

Satu-satunya kabar bagus soal absensi hanya datang dari Cristian Romero, karena bek tengah asal Argentina itu hanya akan absen seminggu lagi, setelah masa skorsing kartu merahnya tuntas.

Apa boleh buat, setelah sukses menciptakan puja-puji, The Lilywhites terlihat limbung di belakang, dan agak kering kreativitas di lini depan. Kombinasi keteguhan saat bertahan dan kecerdikan saat menyerang pun luntur.

Terbukti, selain menelan 3 kali kekalahan, mereka juga mendapati beberapa gol dianulir karena offside, khususnya pada laga melawan Chelsea dan Aston Villa.

Meski secara umum banyak diapresiasi, strategi sepak bola menyerang ala Ange Postecoglou di Spurs tampak sudah mulai khatam dibaca tim lawan. Ditambah lagi, tim rival sekota Chelsea ini juga tampak tak punya Rencana B, sehingga masalah yang belakangan muncul jadi titik rawan yang sukses dieksploitasi lawan.

Jika eks pelatih Glasgow Celtic itu masih kukuh dengan idealisme taktiknya, pemandangan seperti saat dibantai Chelsea 4-1 rasanya akan jadi pemandangan umum, seperti yang biasa diperlihatkan Brighton dengan Zerbismo-nya dalam setahun terakhir.

Celakanya, awan mendung di Tottenham Hotspur Stadium kemungkinan masih belum mau beranjak, karena lawan lawan sulit seperti Manchester City, West Ham, Newcastle United, dan Brighton sudah menunggu di sepanjang bulan Desember.

Dengan kondisi tim yang tidak ideal, situasi limbung akhir-akhir ini, ditambah jadwal sulit di bulan Desember, sensasi rival bebuyutan Arsenal ini tampaknya akan segera berakhir.

Kalaupun bisa bangkit, Son Heung-Min dkk akan sulit mencapai level performa sama seperti awal musim 2023-2024. Jangankan lolos ke Liga Champions, bisa finis di posisi enam besar saja sudah bagus sekali.

Mungkin, ini terdengar kurang mengenakkan buat penggemar Tottenham Hotspur, tapi situasi yang berkembang setelah Spurs mampu mencatat start impresif seharusnya bisa jadi peringatan bagus.

Di kompetisi maraton seperti Liga Inggris, bisa membuat start bagus memang menguntungkan, tapi jika tak didukung daya tahan memadai, apalagi sampai kehabisan bensin terlalu cepat, start bagus hanya awal dari sebuah mimpi buruk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun