Terbukti, selain menelan 3 kali kekalahan, mereka juga mendapati beberapa gol dianulir karena offside, khususnya pada laga melawan Chelsea dan Aston Villa.
Meski secara umum banyak diapresiasi, strategi sepak bola menyerang ala Ange Postecoglou di Spurs tampak sudah mulai khatam dibaca tim lawan. Ditambah lagi, tim rival sekota Chelsea ini juga tampak tak punya Rencana B, sehingga masalah yang belakangan muncul jadi titik rawan yang sukses dieksploitasi lawan.
Jika eks pelatih Glasgow Celtic itu masih kukuh dengan idealisme taktiknya, pemandangan seperti saat dibantai Chelsea 4-1 rasanya akan jadi pemandangan umum, seperti yang biasa diperlihatkan Brighton dengan Zerbismo-nya dalam setahun terakhir.
Celakanya, awan mendung di Tottenham Hotspur Stadium kemungkinan masih belum mau beranjak, karena lawan lawan sulit seperti Manchester City, West Ham, Newcastle United, dan Brighton sudah menunggu di sepanjang bulan Desember.
Dengan kondisi tim yang tidak ideal, situasi limbung akhir-akhir ini, ditambah jadwal sulit di bulan Desember, sensasi rival bebuyutan Arsenal ini tampaknya akan segera berakhir.
Kalaupun bisa bangkit, Son Heung-Min dkk akan sulit mencapai level performa sama seperti awal musim 2023-2024. Jangankan lolos ke Liga Champions, bisa finis di posisi enam besar saja sudah bagus sekali.
Mungkin, ini terdengar kurang mengenakkan buat penggemar Tottenham Hotspur, tapi situasi yang berkembang setelah Spurs mampu mencatat start impresif seharusnya bisa jadi peringatan bagus.
Di kompetisi maraton seperti Liga Inggris, bisa membuat start bagus memang menguntungkan, tapi jika tak didukung daya tahan memadai, apalagi sampai kehabisan bensin terlalu cepat, start bagus hanya awal dari sebuah mimpi buruk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H