Untuk ukuran turnamen FIFA, kelemahan ini terbilang mendasar, sehingga rawan diekspos lawan. Akibatnya, ketika bertemu lawan yang sudah mempelajari betul kelemahan tim, Arkhan Kaka dkk tak bisa berbuat banyak.
Terbukti, setelah meraih 2 hasil imbang 1-1 versus Ekuador dan Panama, Timnas U-17 takluk 1-3 dari Maroko, yang mampu bermain dominan, dan memanfaatkan celah terbuka di lini belakang.
Kekalahan atas wakil Afrika ini seketika membungkam hype tinggi media dan sebagian warganet Indonesia, yang sebelumnya begitu memuja-muji Timnas U-17.
Di satu sisi, hype tinggi yang ada memang bisa membangun optimisme. Tapi, kalau berlebihan kurang baik juga.
Andai Timnas U-17 lolos ke fase gugur, pasti pujian akan lebih banyak datang, tapi itu bisa membuat PSSI dan pihak-pihak terkait lupa diri. Alhasil, masalah mendasar yang seharusnya perlu diperbaiki akan terlewat begitu saja.
Seperti diketahui, sepak bola nasional masih belum punya sistem pembinaan pemain muda yang baku, dan mampu menghasilkan pemain berkualitas secara rutin.
Belakangan, upaya membangun sistem pembinaan pemain muda di Indonesia malah cenderung macet, karena PSSI menemukan satu solusi instan, yakni menelusuri pemain diaspora Indonesia di dalam maupun luar negeri, dengan kriteria rentang umur yang makin kesini makin muda, bahkan menjangkau Timnas Indonesia di kelompok umur.
Jika upaya ini tak diimbangi dengan membangun sistem pembinaan pemain muda di dalam negeri, lama kelamaan Timnas Indonesia bisa kesulitan mendapat talenta bagus dari dalam negeri.
Karena itulah, kegagalan Timnas U-17 di Piala Dunia U-17 seharusnya bisa jadi satu momen ideal untuk memulai ulang semuanya. Tidak perlu ada lagi narasi-narasi bernada menghibur diri, supaya ada kesadaran kolektif.
Terlepas dari situasi serba mendadak yang menaunginya, kita sudah diajak melihat bersama, Indonesia sudah bisa menjadi tuan rumah turnamen FIFA, tapi belum cukup kompetitif sebagai tim peserta, kecuali ada perbaikan serius dalam waktu dekat.
Selebihnya, tinggal apakah PSSI dan pihak-pihak terkait bisa menyadari atau tidak.