Kalau sudah begini, bagaimana minat baca dan kualitas literasi masyarakat akan naik?
Menulis sendiri adalah satu cara menemukan diri sendiri. Makanya, menulis jadi satu terapi psikologi yang banyak disarankan psikolog, untuk rutin dilakukan, demi menjaga kesehatan mental.Â
Jadi, kalau menulis justru membuat seseorang kehilangan dirinya, berhenti menulis tinggal soal waktu, dan itu akan bersifat permanen. Bukan seperti jurus "prank", "saya pamit", lalu tak lama "saya kembali" sampai ratusan kali.
Bicara soal intensitas menulis, setiap orang pasti punya ukuran masing-masing. Ada yang terbiasa menulis tiap minggu, tiap bulan, bahkan tiap hari. Tergantung bagaimana situasi dan kondisinya.
Karena sisi relatif inilah, frekuensi sangat tinggi dalam menulis seharusnya tidak perlu ditakuti, apalagi kalau itu produk dari budaya dan sistem kejar setoran.
Di sisi lain, fenomena artikel "kejar setoran" ini seharusnya jadi peringatan buat admin Kompasiana, untuk lebih berhati-hati, supaya tidak kecolongan lebih banyak dari problem serupa, khususnya oleh pihak yang terampil soal optimasi SEO.
Menjadi viral memang menguntungkan, tapi seharusnya itu bukan tujuan akhir, karena sifatnya "sekali berarti, sudah itu mati", alias tidak berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H