Setelah menjadi teka-teki sejak beberapa pekan terakhir, akhirnya Ballon d'Or edisi 2023 menemukan Lionel Messi sebagai pemenang, berkat performa inspiratifnya di Piala Dunia 2022. Kapten Argentina ini mengungguli Erling Haaland dan Kylian Mbappe, yang begitu produktif mencetak gol.
Tentu saja, ada pro-kontra di sini, karena Haaland meraih Treble Winner bersama Manchester City, sementara Mbappe mampu menjadi top skor Piala Dunia 2022.
Pro-kontra juga muncul di nominasi Kiper Terbaik, yang dimenangkan Emiliano Martinez (Argentina), alih-alih Yassine Bounou (Maroko) atau Ederson (Brasil).
Kalaupun ada yang bebas pro-kontra, itu ada pada Socrates Awards (diraih Vinicius Junior, berkat kontribusi sosialnya di luar lapangan), Gerd Muller Trophy (diraih Erling Haaland karena catatan golnya yang luar biasa di Liga Inggris dan Liga Champions) dan Kopa Trophy (diraih Jude Bellingham berkat performa hebat selama setahun terakhir, untuk ukuran pemain muda).
Satu lagi penghargaan datang dari Ballon d'Or kategori wanita, yang diraih Aitana Bonmati (Spanyol) yang memang pantas mendapatkannya. Maklum, ia meraih trofi Piala Dunia Wanita 2023 bersama Timnas Spanyol dan meraih gelar ganda (Liga Spanyol dan Liga Champions) bersama tim sepak bola wanita Barcelona.
Tapi, daripada hanya melihat pro-kontra, ada baiknya kita melihat momen penganugerahan di Paris ini sebagai satu momen alih generasi. Dalam artian, ini adalah momen penutup bagi pemain generasi senior, sekaligus titik permulaan bagi generasi muda, khususnya di kategori sepak bola putra.
Secara kasat mata saja ini sudah terlihat, dari usia para pemenang yang mulai didominasi pemain berusia 20-an tahun. Diantara nama-nama pemenang penghargaan, hanya Messi (36) dan Martinez (31) yang berusia 30 tahun ke atas.
Lebih lanjut, dalam pidato kemenangannya, Messi juga secara gamblang memuji Erling Haaland dan Kylian Mbappe yang secara umum menampilkan performa luar biasa belakangan ini. Tak cukup sampai disitu, La Pulga juga menyebut keduanya bisa meraih Ballon d'Or di masa depan.
Peluang ini cukup terbuka, karena Leo sendiri sudah berkiprah di MLS bersama Inter Miami. Kalaupun ada kesempatan mendapat Ballon d'Or lagi, itu hanya mungkin ada, jika meraih Piala Dunia 2026 bersama Timnas Argentina.
Jangan lupa, Cristiano Ronaldo juga sudah lebih dulu mendarat di Arab Saudi, dan menikmati waktunya bersama Al Nassr dalam setahun terakhir.
Dengan kata lain, kita akan segera menapak era rivalitas Erling Haaland dan Kylian Mbappe di tahun-tahun mendatang, dengan Jude Bellingham sebagai pesaing potensial lainnya.
Di satu sisi, mungkin ini akan terdengar menyedihkan, karena era rivalitas Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi di level tertinggi praktis sudah selesai. Tapi, torehan total 13 Ballon d'Or dalam rentang 2008-2023, lengkap dengan seabrek rekor dan prestasi, telah menjadi warisan spesial buat para pecinta sepak bola.
Dari kedua megabintang ini juga, ada satu warisan berupa standar tinggi, yang akan jadi tantangan terbesar buat generasi Haaland dan Mbappe untuk ditaklukkan.
Jika mereka mampu konsisten bahkan menaikkan level performa, sepertinya aneka rekor dan prestasi era Messi-CR7 akan diperbarui lagi, saat keduanya memasuki senja karier bermain.
Inilah yang kelak bisa menjadi tongkat estafet bagi generasi selanjutnya, untuk tetap terpacu meraih prestasi sebaik dan (jika perlu) sebanyak mungkin.
Di sisi lain, sebagai wakil generasi senior, Messi juga meninggalkan standar tinggi terkait disiplin dan etika sebagai seorang atlet profesional. Soal disiplin, mungkin pemain kidal ini tak sampai seekstrem Cristiano Ronaldo yang sampai punya menu makanan dan program latihan individu khusus.
Tapi, capaian sebagai Pemain Terbaik Turnamen, dan Juara Piala Dunia 2022 di usia 35 tahun, plus torehan Ballon d'Or ke 8 di usia 36 tahun sudah cukup menjelaskan semuanya. Ditambah lagi, Messi dan keluarga juga relatif harmonis, sehingga bisa menjadi teladan buat pemain muda.
Terlepas dari beragam pro-kontra yang muncul, Messi (dan Ronaldo) telah meninggalkan satu teladan bagus buat para pemain muda, yang bisa ditiru jika ingin punya karier awet di level senior.
Selebihnya, tinggal tergantung apakah itu bisa ditiru (bahkan disempurnakan) atau tidak (paling dekat) oleh Haaland dan Mbappe. Jika ya, selamat menikmati era rivalitas dua pencetak gol ulung ini, setidaknya dalam sedekade ke depan.
Are you ready?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI