Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Korea Selatan, antara Prestasi Olahraga dan Wajib Militer

8 Oktober 2023   12:09 Diperbarui: 8 Oktober 2023   13:48 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lee Kang In dan kolega, merayakan kesuksesan meraih medali emas Asian Games 2022 (yna.co.kr / Yonhap News Agency)

Bicara soal Timnas Korea Selatan, terutama sejak era pergantian milenium, tentu tak lepas dari kehadiran bintang kelas dunia dari generasi ke generasi.

Mulai dari era Park Ji Sung yang pernah bermain di PSV Eindhoven dan Manchester United di era 2000-an, Ki Sung Yueng yang pada dekade lalu pernah bermain di Glasgow Celtic, Swansea City dan Newcastle United, sampai Son Heung-Min yang kini menjadi kapten Tottenham Hotspur.

Selain ketiganya, ada juga Hwang Hee Chan yang konsisten jadi andalan Wolverhampton Wanderers, dan Lee Kang In, pendatang baru PSG yang baru saja meraih medali emas Asian Games 2022.

Kelima pemain yang saya sebutkan tadi bisa dibilang punya karier yang cukup awet di Eropa. Son Heung-Min, Hwang Hee Chan dan Lee Kang In bahkan masih berpeluang eksis lebih lama di Eropa.

Selain karena mentalitas tangguh dan performa konsisten, ada satu faktor kunci yang membuat mereka bisa begitu awet di kompetisi level atas, yakni previlese karena mereka bebas dari wajib militer.

Seperti diketahui, wajib militer sendiri berlaku di Negeri Ginseng, untuk setiap pria berusia maksimal tahun dan bertubuh sehat, dengan total durasi selama 21 bulan.

Tapi, bagi atlet yang berprestasi tinggi di level internasional, mereka hanya perlu menjalani pelatihan dasar selama 21 hari.

Dengan catatan, mereka minimal mampu meraih medali perunggu, menjadi semifinalis di turnamen level dunia seperti Piala Dunia atau Olimpiade, atau menjadi juara (termasuk meraih medali emas) di tingkat benua.

Boleh dibilang, mampu mencetak prestasi tinggi di level internasional bobotnya setara dengan menjalankan wajib militer secara penuh di Korea Selatan.

Pada kasus generasi Park Ji Sung, pemerintah Korea Selatan memberikan "hadiah" bebas wajib militer, berkat capaian menjadi semifinalis Piala Dunia 2002 di rumah sendiri, terlepas dari aneka kontroversi yang terjadi di lapangan hijau.

Sedekade berselang, giliran generasi Ki Sung Yueng yang mendapat hadiah spesial ini, setelah mampu meraih medali perunggu di Olimpiade London 2012.

Situasi agak berbeda dialami Son Heung-Min, Hwang Hee Chan, dan Lee Kang In, karena sama-sama meraih medali emas Asian Games, masing-masing di edisi 2018 dan 2022, setelah sama-sama mengalahkan Jepang di final.

Mungkin, sebagian pecinta sepak bola akan sedikit bingung, karena mereka bertiga diizinkan klub ikut main dalam event olahraga di luar kalender resmi FIFA, bahkan dalam periode saat kompetisi sedang bergulir.

Tapi, tim nasional Korea Selatan punya posisi tawar cukup kuat berkat adanya program wajib militer dari pemerintah setempat. Otomatis, klub tidak punya pilihan lain selain mengizinkan si pemain menjalankan "tugas negara".

Lagipula, kehilangan pemain selama kurang lebih sebulan karena ikut Asian Games plus 3 minggu karena ikut pelatihan dasar wajib militer masih jauh lebih baik daripada kehilangan pemain karena harus menjalani wajib militer penuh selama 21 bulan.

Jelas, ada satu timbal balik, yang jika semuanya berjalan lancar, akan menguntungkan semua pihak.

Dalam karier sebagai pemain sepak bola, usia 28 tahun sendiri biasanya merupakan periode puncak performa. Maka, hadiah bebas wajib militer akan menjadi satu insentif yang pasti akan dikejar sebisa mungkin.

Karena itulah, para pemain Timnas Korea Selatan biasa terlihat tampil begitu ngotot di tiap turnamen yang diikuti Tim Ksatria Taeguk.

Hanya saja, berhubung prestasi tinggi di Piala Dunia masih relatif sulit dikejar, bukan kejutan kalau prestasi di level benua (seperti di Asian Games) akan dikejar habis-habisan, karena memang masih realistis.

Di Asian Games sendiri, ini setidaknya sudah terlihat, dari catatan selalu juara di 3 edisi terakhir. Catatan ini masih bisa terus berlanjut, selama tim sepak bola negara asal K-Pop ini masih ikut Asian Games, dengan membawa pemain bintang dari klub top Eropa.

Di sisi lain, kesuksesan di Asian Games juga bisa jadi satu motivasi khusus buat Timnas senior Korea Selatan, untuk mengejar prestasi serupa di Piala Asia 2023 bersama pelatih Juergen Klinsmann.

Mampukah Korea Selatan menularkan prestasi di Asian Games ke Piala Asia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun