Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Beda Gaya Dua Raksasa Asia

29 September 2023   04:18 Diperbarui: 29 September 2023   04:37 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Asian Games 2022 memang sudah tutup buku buat Timnas Indonesia, karena mereka takluk 0-2 atas Uzbekistan di perdelapan final. Tapi, ada satu fenomena menarik yang dihadirkan oleh Timnas U-24 Jepang dan Korea Selatan.

Dua raksasa Asia itu secara kontras menampilkan tim dengan corak materi pemain berbeda. Pada titik tertentu, materi tim keduanya bahkan terlihat tak biasa.

Korea Selatan menurunkan tim yang sebagian besar main di Liga Korea Selatan. Dari tim yang tampil di Tiongkok, hanya Lee Kang In (PSG, Prancis), Lee Han Beom (FC Midtjylland, Denmark), Hong Hyeon Seok (Gantoise, Belgia), Jeong Woo Yeong (Stuttgart), dan Park Kyu Hyun (Dresden, Jerman) yang merumput di Eropa.

Uniknya, tim ini tak hanya diisi pemain dari tim kasta tertinggi. Sebagai contoh, klub Park Kyu Hyun bermain di kasta ketiga Liga Jerman. Ada juga Choi Jun (Busan IPark) yang main di kasta kedua Liga Korea Selatan.

Komposisi ini terbilang tak biasa, tapi menjadi unik karena punya Lee Kang In dan Jeong Woo Yeong yang main di liga top Eropa. Biasanya, klub liga top Eropa enggan melepas pemain untuk pertandingan di luar kalender resmi FIFA.

Tapi, pada kasus keduanya, klub bersedia melepas, karena jika mampu meraih medali emas, mereka akan bebas dari wajib militer selama 21 bulan. Sebagai gantinya, mereka hanya perlu menjalani pelatihan dasar selama 3 minggu.

Aturan wajib militer sendiri berlaku di Negeri Ginseng, untuk setiap pria berusia 28 tahun ke bawah dan bertubuh sehat.

Sebelumnya, pendekatan ini sudah membuahkan medali emas di Asian Games 2018. Kala itu, Son Heung-Min (Tottenham Hotspur) dan Hwang Hee Chan (Wolverhampton Wanderers) menjadi bintang utama tim.

Berkat capaian tersebut, keduanya hanya diwajibkan menjalani pelatihan dasar wajib militer selama 3 minggu. Son menuntaskan kewajiban ini pada musim panas 2020, sementara Hwang menjalaninya di musim panas 2022.

"Hadiah" bebas wajib militer di sini bisa menjadi satu timbal balik dan insentif khusus, yang jika tercapai, dapat menguntungkan pemain, klub maupun negara.

Di Asian Games 2022 sendiri, Ksatria Taeguk Muda masih bertarung di babak perempat final, dan akan menghadapi tuan rumah Tiongkok, 1 Oktober 2023 mendatang. Kepastian ini didapat, setelah Lee Kang In dkk mengalahkan Kirgistan 5-1 di perdelapan final.

Sementara itu, berbeda dengan Korea Selatan yang masih membawa bintang dari tim liga top Eropa, Jepang justru hanya menyertakan dua pemain "abroad" yakni Kein Sato (Werder Bremen II, tim kasta kelima Liga Jerman) dan Daiki Matsuoka (Gremio Novozontino, tim kasta kedua Liga Brasil).

Jepang, masih melaju lancar di Asian Games 2022 (Okezone.com)
Jepang, masih melaju lancar di Asian Games 2022 (Okezone.com)
Sisanya berasal dari Liga Jepang (4 pemain dari klub kasta kedua, dan 6 pemain dari klub kasta tertinggi) dan tim Liga Universitas Jepang (10 pemain).

Mungkin, ini terkesan meremehkan, tapi beginilah cara Timnas Jepang mengatur prioritas pada event internasional FIFA dan non-FIFA. Jadi, ada kesempatan untuk pemain muda lokal untuk tampil di tim nasional.

Di sisi lain, ini juga menunjukkan, seberapa tinggi pengakuan JFA (PSSI-nya Jepang) pada kualitas Liga Universitas di sana. Kebetulan, dari kompetisi ini juga, muncul seorang Kaoru Mitoma yang sedang bersinar di Brighton dan menjadi salah satu bintang Liga Inggris.

Meski bukan menampilkan tim utama, Tim Samurai Muda ternyata tetap tak bisa dianggap remeh. Di Asian Games 2022, Kein Sato dkk menjadi juara grup, setelah mengalahkan Palestina 1-0 dan Qatar 3-1.

Petualangan mereka juga masih akan berlanjut di perempatfinal, setelah  menggilas Myanmar 7-0 di perdelapan final. Di perempatfinal, negara kepulauan ini akan menghadapi Korea Utara.

Meski tidak sampai memberikan iming-iming bebas wajib militer seperti Korea Selatan, karena memang tak ada wajib militer di Jepang, baik Korea Selatan maupun Jepang telah menghadirkan satu contoh bagus untuk ditiru.

Dimana, mereka menetapkan skala prioritas secara terukur, dan berani menaruh kepercayaan pada pemain dari kompetisi domestik. Bukan semata karena sentimen "lokal pride" atau semacamnya, tapi karena mereka percaya penuh pada kualitas kompetisi domestik.

Kalau kualitas liganya bagus, tak perlu bingung saat pemain-pemain "abroad" tak bisa dipanggil, karena mereka punya pemain yang tak kalah bagus. Malah, ini bisa jadi kesempatan unjuk gigi.

Mungkin, inilah alasan kenapa Jepang dan Korea Selatan masih betah di level atas Asia, dan konsisten menjadi wajah Asia di Piala Dunia. Mereka tahu mana yang penting dan kurang penting, sehingga bisa berpikir logis.

Berprestasi di level benua memang lebih baik dari level regional, tapi prestasi itu akan lebih layak untuk dikejar di level senior, bukan kelompok umur, karena level kelompok umur sebenarnya adalah satu kesempatan untuk menambah pengalaman. Kalaupun bisa meraih prestasi tinggi, itu hanya bonus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun