Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Satgas Antimafia Bola Bisa Apa?

24 September 2023   12:49 Diperbarui: 24 September 2023   20:37 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul di atas terinspirasi dari sebuah tajuk acara "talkshow" di televisi nasional berjudul "PSSI Bisa Apa?" yang dibawakan oleh jurnalis kenamaan Najwa Shihab antara tahun 2018-2021 di televisi nasional.

Tajuk acara ini cukup populer dan sempat enam kali diangkat sebagai topik bahasan, karena permasalahan yang ada di sepak bola nasional begitu banyak.

Dari acara ini juga, topik seputar praktik pengaturan skor dan mafia bola mulai jadi konsumsi publik, bahkan ditindaklanjuti pihak berwajib, dengan pembentukan satgas khusus, yang belakangan kembali aktif di PSSI era Erick Thohir.

Uniknya, satgas yang diresmikan pada Rabu (20/9) lalu ini turut menggandeng Najwa Shihab sebagai anggota, bersama Maruarar Sirait (Politisi & eks Ketua Steering Committee Piala Presiden 2015-2019), Ardan Adiperdana (eks Ketua BPKP), dan Akmal Marhali (aktivis sepak bola nasional).

Penunjukan mereka terasa unik, karena sebagian besar dari mereka dulu ikut terlibat aktif di acara PSSI Bisa Apa?. Bisa dibilang, ini adalah satu tantangan balik dari PSSI buat mereka: kalau ada mereka, Satgas Antimafia Bola bisa apa?

Dengan posisi sebagai lembaga independen, seharusnya tantangan ini bisa dijawab dengan tuntas, lewat gerak lincah dan pengalaman tiap personel. Kebetulan, mereka juga punya akses langsung untuk melaporkan temuan kepada Presiden Jokowi, dan koordinasi dengan FIFA.

Tapi, berhubung lawan yang dihadapi sudah punya jejaring cukup kuat dan sudah lama eksis, tugas Satgas yang diketuai Maruarar Sirait ini jelas tidak mudah. Sudah berapa kali ada upaya perbaikan, tapi belum ada yang benar-benar sukses.

Masalah lain juga berpotensi muncul, karena ada keraguan soal perkembangan situasi, khususnya karena Pemilu 2024 sudah tinggal hitungan bulan.

Dengan Erick Thohir masih berpotensi ikut Pilpres dan sisa waktu periode pemerintahan Presiden Jokowi yang tinggal setahun, masih belum jelas, apakah Satgas Antimafia Bola hanya bersifat temporer atau tidak.

Begitu juga dengan program PSSI, seandainya ganti Ketum akibat ikut Pilpres. Fenomena "ganti pimpinan ganti kebijakan" bisa terjadi di sini, karena masih jadi satu budaya organisasi di Indonesia.

Kalau Satgas Antimafia Bola ini hanya bertugas selama setahun atau hanya dalam hitungan bulan, jelas tidak akan efektif. Kalaupun ada gebrakan, biasanya itu hanya terlihat di awal. Setelah reda, situasi kembali tenang.

Bukan bermaksud meragukan kapabilitas anggota Satgas Antimafia Bola. Lawan mereka bukan sesuatu yang bisa diberantas sekali pukul dalam sekejap.

Padahal, memberantas satu jaringan "berumur" seperti mafia bola harus tuntas dan biasanya butuh usaha ekstra (termasuk dalam hal waktu dan kesabaran). Kalau sampai tak tuntas, jaringan yang masih ada akan kembali tumbuh dan lebih sulit dihadapi, karena sudah belajar dari pengalaman sebelumnya.

Karena itulah, pembentukan Satgas Antimafia Bola ini perlu juga diikuti juga dengan pembentukan lembaga khusus bersifat jangka panjang, kurang lebih seperti komisi wasit atau komisi disiplin di sepak bola, atau KPK di ranah kasus tipikor.

Tapi, karena sifatnya cenderung bersentuhan dengan masalah pelanggaran hukum, ada baiknya lembaga ini berkolaborasi dengan kepolisian, PPATK dan lembaga terkait. Sifatnya pun harus tetap independen, supaya tidak dirusak potensi konflik kepentingan.

Kalau hanya ditangani dengan membentuk satgas jangka pendek tanpa tindak lanjut untuk jangka panjang, ini tidak akan memperbaiki apalagi menghilangkan sumber masalah.

Mafia bola bisa bertahan begitu lama, karena mereka punya jejaring kuat dan mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Jelas, perlu ada pendekatan strategis dan sistematis, untuk menghadapi lawan yang jago berpikir strategis dan membangun sistem.

Di sisi lain, langkah PSSI membentuk Satgas Antimafia Bola tetap patut diapresiasi, karena mereka sudah mulai bisa mengidentifikasi dan bergerak langsung ke satu akar masalah terbesar di sepak bola nasional.

Tapi, supaya ini tidak hanya "hangat di awal" lalu hilang ditelan bumi seperti konten viral di media sosial, sebaiknya PSSI dan pihak-pihak terkait juga perlu menyiapkan rencana jangka panjang untuk menghadapi mafia bola.

Jika tidak, sepak bola Indonesia masih akan sulit diharapkan untuk maju, apalagi mencetak prestasi membanggakan di level internasional, karena akar permasalahannya sudah terlalu kronis akibat tak pernah ditangani sampai tuntas.

Bisa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun