Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Satu Panggung Tiga Wajah

20 September 2023   14:05 Diperbarui: 20 September 2023   14:08 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemilu 2024 sebenarnya masih beberapa bulan lagi, tapi gaungnya sudah mulai terasa, dan semakin kuat, ketika para Bacapres, yakni Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto membicarakan gagasan mereka pada Selasa (19/09) di Grha Sabha Pramana (GSP), Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Dengan giliran mereka ditentukan sesuai urutan abjad nama masing-masing, ketiganya sudah mulai memperlihatkan,  apa gagasan program seandainya terpilih menjadi presiden. Segera setelah acara selesai, ada banyak sudut pandang muncul, seperti halnya beragam meme jenaka di media sosial.

Tapi, sebagai seorang penonton, saya melihat ketiganya tampil dengan wajah khas masing-masing. Anies memainkan jurus "tiki-taka kata"-nya, Ganjar menampilkan satu diskusi interaktif dengan selipan gaya "bahasa medsos", sementara Prabowo menghadirkan gaya pidato bersemangat tinggi.

Penampilan dengan gaya khas masing-masing ini memang jadi satu cara paling umum membangun familiaritas dan rekognisi publik. Sejauh ini, semuanya sudah sukses membangun ciri khas masing-masing.

Sayangnya, ini bukan ajang lomba pidato 17-an, tapi ajang Bacapres Bicara Gagasan.
Jadi, bobot kualitas mereka baru akan benar-benar dilihat, ketika berinteraksi di muka umum, dalam format diskusi interaktif.

Meski durasinya terbilang maraton, acara yang dimoderatori oleh Najwa Shihab ini cukup menguji ketiga Bacapres secara komprehensif.

Di sini, tingkat pemahaman pada gagasan sendiri, kesiapan mental dan cara merespon pertanyaan benar-benar bisa dilihat secara jujur. Tidak ada gincu sama sekali.

Kalau KPU berani, ini bisa dijadikan contoh ideal untuk format debat capres jelang Pemilu 2024. Bodo amat dengan durasi, selama semua gagasan program semua peserta bisa dijabarkan dengan tuntas, masyarakat pasti tidak keberatan menonton. Toh Pemilu hanya ada lima tahun sekali.

Jujur saja, dari penampilan ketiganya, masih ada kekhawatiran yang tertinggal. Anies maupun Prabowo masih terlalu berputar-putar dalam memaparkan ide dan kurang interaktif dengan audiens.

Keduanya sama-sama terlihat bingung dengan ide mereka sendiri dan pertanyaan audiens, juga masih kental dengan latar belakang masing-masing: Anies dengan corak khas akademisi dan Prabowo dengan corak militer.

Saking berputar-putar nya, mungkin sebagian audiens (khususnya Gen Z dan Milenial) akan bertanya: Memang boleh se-Bacapres itu?

Dengan "jarak" yang mereka hadirkan di forum ini, rasanya wajar kalau mereka juga akan punya "jarak" dengan masyarakat, andai terpilih jadi RI 1.

Seandainya jarak ini terlalu jauh, bukan kejutan juga kalau mereka seperti berada di dimensi lain bagi rakyat. Mereka ada dengan jaga jarak saat Pemilu, dan tak terjangkau setelah Pemilu.

Itu baru urusan jarak, belum masuk ranah program dan kebijakan, apalagi kalau sampai ada masukan dari luar.

Dalam diskusi di UGM, Anies dan Prabowo sama-sama terlihat kebingungan menghadapi pertanyaan audiens, dan justru memperlihatkan adanya "gap generasi" antara mereka dan audiens (yang mayoritas mahasiswa). Itu baru dengan mahasiswa, belum dosennya.

Dari ketiga Bacapres, Ganjar sepintas menjadi yang terlihat paling siap menghadapi audiens. Ada pemaparan, data faktual, dan interaksi cair dengan audiens. Dia benar-benar paham apa yang sedang dilakukan, siapa audiens, dan bagaimana menghadapinya. 

Kurang lebih seperti Presiden Jokowi saat kampanye, dengan gaya lebih lepas, sehingga diskusi jadi lebih luwes.

Tapi, berhubung eks Gubernur Jawa Tengah itu bukan seorang pemimpin partai, seperti halnya Presiden Jokowi, kita masih harus melihat, apakah situasinya akan sama atau tidak. Meski  pimpinan tertinggi relatif bersih dan tidak aneh-aneh, bawahannya belum tentu sama.

Seperti diketahui, terlepas dari berbagai penilaian positif yang ada, pemerintahan Presiden Jokowi (khususnya di periode kedua) banyak direcoki kegaduhan akibat gaya komunikasi kebijakan publik yang kurang bagus, ditambah kasus korupsi di beberapa kementerian.

Di sini, koalisi pemerintahan yang gemuk ternyata membawa serta banyak "deal" yang membuat gerak roda pemerintahan Presiden Jokowi di periode keduanya tak terlalu lincah, terlepas dari adanya masalah pandemi global.

Pada kasus Ganjar Pranowo (dan Anies Baswedan), dengan posisinya sebagai usungan satu koalisi, kita masih belum tahu, apa saja kesepakatan politiknya, yang pasti, kalau kesepakatan itu terlalu banyak, gerak roda pemerintahan akan kurang lincah akibat terlalu banyak penumpang.

Di sisi lain, meski berposisi sebagai pimpinan partai, Prabowo pun pasti juga  punya kesepakatan dengan partai pengusung, karena ia tidak bisa maju sendirian.

Maka, dengan ketiga Bacapres ini akhirnya tampil menyampaikan gagasan di muka umum, kita bisa mulai menimbang sebelum memilih, berdasarkan apa yang sudah dihadirkan.

Untuk saat ini, ketiganya masih punya satu PR besar terdekat, yakni terdaftar sebagai capres resmi di KPU. Selama itu belum dipenuhi, mereka tak akan bisa dipilih.

Kalau sudah beres, barulah kita menantikan, kemajuan apa yang nanti hadir di debat resmi KPU. Kalau memaparkan ide dan merespon pertanyaan audiens saja masih belepotan, berarti level kualitasnya memang sudah mentok.

Di sisi lain, gaung Pemilu yang kembali datang juga menyisakan PR besar soal urgensi pendidikan politik di Indonesia.

Dengan kualitas aktual sebagian figur, yang ternyata belum sebagus "hype" nya, sudah saatnya pendidikan politik mulai dibudayakan, supaya tak ada lagi polarisasi di masyarakat setiap Pemilu, dan kandidat yang bertanding tidak hanya punya nilai ketokohan, tapi juga punya nilai kompetensi seperti seharusnya.

Sudah bukan masanya lagi pesta demokrasi jadi ajang adu domba dan pembodohan publik besar-besaran. 

Jika seorang mau jadi pemimpin, tapi bingung mau berbuat apa saat sudah terpilih, itu sama berbahayanya dengan seorang yang tidak pernah jadi pilot tapi ngotot mengemudikan pesawat penumpang di cuaca buruk.

Ngeri-ngeri sedap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun