Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Jadon Sancho, Sudah Flop Tertimpa Bengal

13 September 2023   00:16 Diperbarui: 16 September 2023   12:00 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jadon Sancho (Goal.com)

Bicara soal Manchester United, terutama di era pasca-Fergie, ada begitu banyak warna yang muncul. Salah satu cerita yang cukup sering mewarnai adalah transfer mahal tapi gagal alias flop.

Dari beberapa kasus yang muncul, nama Jadon Sancho menjadi satu contoh paling miris, karena sejauh ini masih belum bisa konsisten. Padahal, pemain yang kini berusia 23 tahun itu sudah dua tahun menjadi personel Tim Setan Merah.

Gambaran suram yang dihadirkan Sancho juga terlihat kontras dengan "hype" yang mengiringi kedatangannya. Maklum, ia datang setelah bersinar di Borussia Dortmund dan muncul sebagai talenta menjanjikan di Eropa.

Karenanya, wajar kalau United berani menggelontorkan dana transfer 73 juta pounds. Tapi, meski ikut ambil bagian saat tim asuhan Erik Ten Hag juara Piala Liga Inggris musim 2022-2023, kontribusi pemain kelahiran tahun 2000 ini masih jauh panggang dari api dibanding "hype" dan harga transfernya.

Dari segi kebugaran, sebenarnya pemain nomor punggung 25 ini tidak punya riwayat cedera apapun di kaki sejak tiba di Teater Impian. Tapi, pemenang Piala Dunia U-17 edisi 2017 ini punya masalah disipliner dan sikap yang cukup berlarut-larut.

Soal masalah disipliner, pemain jebolan akademi Manchester City ini ternyata punya performa latihan yang dinilai kurang, terutama di era Erik Ten Hag.

Makanya, pada musim 2022-2023. sang pelatih sempat mengirimnya ke Belanda selama 3 bulan untuk latihan khusus plus rehabilitasi kesehatan fisik dan mental.

Soal kesehatan mental, Sancho memang sempat mendapat masalah, ketika banyak disalahkan atas kegagalan mengeksekusi penalti di final Euro 2020. Momen ini sempat membuatnya panen hujatan sampai hinaan berbau rasial, yang juga didapat Bukayo Saka dan Marcus Rashford.

Bedanya, ketika Saka dan Rashford akhirnya sama-sama mampu bangkit menjadi pemain bintang di klub masing-masing, Sancho masih tampak terpuruk. Alhasil, namanya tak ikut masuk di daftar pemain Timnas Inggris untuk Piala Dunia 2022.

Situasi belakangan menjadi semakin sulit, karena ia berani menjawab kritik terbuka Ten Hag atas performanya di sesi latihan, dengan membantah pernyataan sang pelatih di media sosial pasca kekalahan 1-3 atas Arsenal di Liga Inggris, jelang jeda internasional FIFA bulan September.

Alhasil, kemungkinan untuk hengkang pun menjadi semakin terbuka. Borussia Dortmund tertarik meminjam sang mantan bintang, sementara Al Ettifaq sempat mendekati, sebelum akhirnya mendapatkan Demarai Gray dari Everton.

Tapi, berhubung bursa transfer musim panas di Inggris sudah tutup, kesempatan terdekat Sancho pergi dari Manchester baru akan terbuka di bulan Januari. Itupun jika ada yang serius berminat.

Menariknya, kalau dirunut lagi, pemain kelahiran London ini ternyata memang punya rekam jejak indisipliner di klub sebelumnya. Meski tak sebengal Mario Balotelli atau Luis Suarez, sisi indisipliner Sancho ternyata pernah membuat klub terpaksa bertindak tegas.

Di Manchester City, rekan seangkatan Phil Foden ini sempat mogok latihan setelah menolak tawaran kontrak profesional pertama pada tahun 2017, karena dinilai tidak memberikan jaminan menit bermain cukup.

Tak mau berlarut-larut dalam drama, tim asuhan Pep Guardiola itu lalu menjualnya ke Borussia Dortmund, klub yang bisa dibilang menikmati paling banyak talenta besar Sancho sejauh ini.

Klub Bundesliga Jerman itu juga untung besar, karena bisa menjual pemain yang dibeli dengan harga 7 juta pounds dengan harga 73 juta pounds tahun 2021.

Meski begitu, Dortmund ternyata juga sempat kebagian sisi bengal Sancho. Pada tahun pertamanya, sang pemain dikirim ke tim cadangan karena kerap terlambat latihan.

Masalah ini memang direspon sang pemain dengan menampilkan performa dan progres luar biasa. Karenanya, kesempatan main di tim utama pun datang  pada tahun berikutnya.

Setelah itu, Die Borussien benar-benar bisa menikmati kehebatan seorang Jadon Sancho, yang belakangan masuk nominasi di dua ajang penghargaan pemain muda terbaik dunia, yakni Golden Boy dan Kopa Trophy.

Meski kadang masih sempat kena masalah disipliner (lagi) akibat beberapa kali terlambat pulang ke klub usai membela Timnas Inggris, sinar terangnya membuat sisi bengal ini sedikit terlupakan, sampai akhirnya hengkang ke Manchester United.

Ketika mendarat di Old Trafford, tahun pertamanya memang kurang bagus, tapi masih bisa dimengerti karena MU sendiri juga sedang mengalami turbulensi sepanjang musim 2021-2022.

Tapi, ketika The Red Devils mengalami perbaikan di musim berikutnya, progres Sancho malah cenderung mundur, dengan puncaknya terjadi pada insiden pasca laga melawan Arsenal.

Kalau situasi memburuk buat Sancho, dia akan menjadi Dele Alli lain yang muncul di sepak bola Inggris; punya bakat besar, bersinar di usia muda, tapi layu sebelum berkembang akibat masalah disipliner.

Sangat disayangkan, tapi dari sini kita bisa melihat, ada satu bias khas media Inggris, yang membuatnya masih relatif adem ayem.

Tak ada kritik super pedas seperti yang biasa didapat pemain asing. Ini seperti previlese khas "lokal pride" yang sebelumnya pernah didapat Harry Maguire, sejeblok apapun performanya di United, akibat statusnya sebagai bek tengah termahal dunia.

Andai Sancho bukan orang Inggris, pasti ia sudah jadi bulan-bulanan media Inggris sejak lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun