Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sekuel Lelucon Chelsea

3 September 2023   14:46 Diperbarui: 3 September 2023   15:00 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul di atas mungkin agak sarkastik, tapi cukup menggambarkan situasi Chelsea di awal musim 2023-2024. Seperti diketahui, mereka menjadi tim yang lumayan mencuri perhatian, karena begitu aktif berbelanja pemain.

Meski tidak tampil di kompetisi antarklub Eropa, tim dari Kota London ini ternyata masih mampu menarik minat sejumlah pemain muda potensial.

Terbukti, Romeo Lavia yang cukup lama diincar Liverpool mampu ditikung hanya dalam waktu singkat. Begitu juga dengan Moises Caicedo, yang datang sebagai pemain termahal Liga Inggris, setelah ditebus dengan harga 115 juta pounds,  dalam satu saga transfer dramatis, juga melawan Liverpool.

Pemain muda berbakat lain yang datang antara lain Cole Palmer (dari Manchester City), Nicolas Nkunku (RB Leipzig) dan Nicolas Jackson (Villareal). Mereka melengkapi gerbong rombongan bursa transfer periode sebelumnya, yang antara lain berisi Enzo Fernandez dan Mikhaylo Mudryk.

Kedatangan para pemain muda ini, ditambah hengkangnya pemain-pemain senior macam Mateo Kovacic (ke Manchester City), Kai Havertz (Arsenal), Romelu Lukaku (AS Roma) dan Edouard Mendy (Al Ahli) membuat Chelsea terlihat seperti sebuah tim U-23 dengan sedikit tambahan pemain senior. Sebuah komposisi yang lazim di turnamen Olimpiade.

Jika ini satu game simulasi sepak bola, mungkin akan keren saat dimainkan. Selama konsol game tidak error, main mode autopilot saja pasti bisa juara.

Kalau perlu, pemain seniornya juga dilepas. Jadi, tim terdiri dari pemain muda, yang masih bisa berkembang dan mencapai masa puncak performa cukup panjang, setidaknya dalam rentang waktu 7-8 tahun.

Kalau melihat situasinya, kita bisa melihat, konsep ala main game inilah, yang coba diterapkan Boehly dalam membangun tim di Stamford Bridge. Seperti diketahui, sejak dipegang pebisnis asal Amerika Serikat itu, Chelsea jarang membeli pemain berusia diatas 23 tahun, dan cenderung memberi kontrak berdurasi 7-8 tahun.

Sepintas, ada satu proyek jangka panjang di sini, yang ditambah dengan ide menerapkan gaya main sepak bola modern, dengan merekrut pelatih Mauricio Pochettino. Proyek inilah yang muncul sebagai daya tarik utama, disamping paket gaji mewah.

Makanya, para pemain incaran tetap bisa didatangkan. Dengan modal dana melimpah, bermain di Liga Inggris, dan iming-iming proyek olahraga menarik, tidak tampil di kompetisi antarklub Eropa ternyata tidak jadi soal.

Masalahnya, strategi transfer jor-joran ini ternyata berdampak negatif saat kompetisi mulai bergulir. Datangnya banyak pemain baru membuat kekompakan tim sedikit terganggu, karena sistem yang sudah dibangun sejak pramusim perlu diotak-atik lagi.

Hasilnya, performa Thiago Silva dkk tak seperti di fase pramusim yang terlihat menjanjikan. Di empat pertandingan awal Liga Inggris, mereka memang mampu menahan imbang Liverpool 1-1 dan membekuk Luton 3-0, tapi takluk 1-3 dari West Ham dan 0-1 dari Nottingham Forest.

Hasil positif atas Liverpool dan Luton memang terlihat menjanjikan, tapi bermain imbang dengan tim yang (saat itu) kekurangan pemain tengah, dan mengalahkan tim pendatang baru bermateri pemain biasa saja, jelas tak bisa jadi satu kesimpulan, karena lawan tidak dalam kondisi ideal.

Satu hasil positif lain sebenarnya juga diraih, saat mengalahkan Wimbledon 2-1 di Piala Liga. Masalahnya, kemenangan susah payah atas tim kasta keempat Liga Inggris setelah kebobolan lebih dulu jelas bukan sesuatu yang bagus.

Apalagi, sang pemilik sudah menggelontorkan dana lebih dari 1 miliar pounds untuk belanja pemain. Kalau di tim lain, mungkin dana sebesar itu sudah bisa menciptakan tim super atau melunasi hutang klub.

Kalau melihat situasinya, gelontoran dana miliaran pounds itu terlihat seperti sebuah lelucon di Chelsea. Lelucon semakin sempurna, ketika Moises Caicedo, sang pemain termahal, sampai kali melakukan blunder fatal yang membuat timnya kebobolan dan kalah di dua pertandingan.

Itu belum termasuk Romeo Lavia, yang bahkan belum kunjung masuk line up bangku cadangan sama sekali, dan Mikhaylo Mudryk yang masih kuat menjalani "lelaku" puasa gol. Mereka memang masih muda dan punya potensi, tapi harga transfer mereka terlalu berlebihan.

Kalau sudah juara Piala Dunia seperti Enzo Fernandez, kisaran harga transfer 100 juta pounds memang masuk akal. Begitu juga kalau dia punya talenta sebesar Jude Bellingham, yang terbukti langsung moncer bersama Real Madrid.

Tapi, ketika harga mahal itu tidak sesuai kualitas, performa tim jadi taruhan. Situasi bisa menjadi lebih pelik, karena durasi kontrak pemain masih panjang.

Bayangkan, 7-8 tahun kontrak dengan gaji besar tapi performa konsisten medioker. Dengan menggunakan teori amortisasi, jerat sanksi finansial memang bisa dihindari, tapi tidak dengan penurunan nilai pasar pemain akibat performa dan menit bermain anjlok.

Andai dijadikan buku atau film, mungkin akan jadi cerita komedi, dan judulnya "Mahal Masa Gitu?"

Pemain yang baru semusim bersinar mendadak punya harga selangit, seperti artis yang terkenal karena mendadak viral, atau saham gorengan yang masih panas, tapi harganya cepat terjun bebas.

Di sini, kita boleh sedikit menduga, jangan-jangan Liverpool hanya "menjebak" Chelsea pada transfer Caicedo dan Lavia, seperti yang sebelumnya terjadi saat Arsenal kena tikung dalam saga transfer Mikhaylo Mudryk dari Shakhtar Donetsk (Ukraina).

Begitu juga dengan Brighton yang melepas pelatih Graham Potter, menjual Marc Cucurella, Moises Caicedo dan Robert Sanchez seharga total 225 juta pounds. Di Chelsea, mereka terlihat sangat berbeda, mungkin karena skill dijual terpisah.

Entah kenapa, klub-klub lain seperti melihat situasi The Blues saat ini, sebagai satu celah untuk melemahkan. Dengan memanfaatkan kebiasaan belanja Boehly yang cenderung impulsif, mereka seperti menemukan cara cerdik untuk menang sebelum bertanding. 

Sun Tzu sekali.

Untuk saat ini, kita belum tahu persis, kapan belanja gila-gilaan ala Boehly akan berhenti. Apalagi, Chelsea yang sekarang mampu mengakali celah aturan yang ada dengan lincah.

Tapi, selama belum berhenti, ini akan jadi kekuatan ampuh sekaligus kelemahan fatal Si Biru, yang akan dieksploitasi lawan habis-habisan. Semakin banyak pemain "kemahalan" yang datang, semakin besar peluang terjadinya investasi bodong.

 Jika sang bos akhirnya kehabisan dana tapi klub masih kering prestasi, mungkin ini akan jadi satu era kepemilikan terkonyol, sekaligus membuktikan peribahasa "ayam mati di lumbung padi" bukan sebuah sindiran satir semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun