Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sekuel Lelucon Chelsea

3 September 2023   14:46 Diperbarui: 3 September 2023   15:00 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masalahnya, strategi transfer jor-joran ini ternyata berdampak negatif saat kompetisi mulai bergulir. Datangnya banyak pemain baru membuat kekompakan tim sedikit terganggu, karena sistem yang sudah dibangun sejak pramusim perlu diotak-atik lagi.

Hasilnya, performa Thiago Silva dkk tak seperti di fase pramusim yang terlihat menjanjikan. Di empat pertandingan awal Liga Inggris, mereka memang mampu menahan imbang Liverpool 1-1 dan membekuk Luton 3-0, tapi takluk 1-3 dari West Ham dan 0-1 dari Nottingham Forest.

Hasil positif atas Liverpool dan Luton memang terlihat menjanjikan, tapi bermain imbang dengan tim yang (saat itu) kekurangan pemain tengah, dan mengalahkan tim pendatang baru bermateri pemain biasa saja, jelas tak bisa jadi satu kesimpulan, karena lawan tidak dalam kondisi ideal.

Satu hasil positif lain sebenarnya juga diraih, saat mengalahkan Wimbledon 2-1 di Piala Liga. Masalahnya, kemenangan susah payah atas tim kasta keempat Liga Inggris setelah kebobolan lebih dulu jelas bukan sesuatu yang bagus.

Apalagi, sang pemilik sudah menggelontorkan dana lebih dari 1 miliar pounds untuk belanja pemain. Kalau di tim lain, mungkin dana sebesar itu sudah bisa menciptakan tim super atau melunasi hutang klub.

Kalau melihat situasinya, gelontoran dana miliaran pounds itu terlihat seperti sebuah lelucon di Chelsea. Lelucon semakin sempurna, ketika Moises Caicedo, sang pemain termahal, sampai kali melakukan blunder fatal yang membuat timnya kebobolan dan kalah di dua pertandingan.

Itu belum termasuk Romeo Lavia, yang bahkan belum kunjung masuk line up bangku cadangan sama sekali, dan Mikhaylo Mudryk yang masih kuat menjalani "lelaku" puasa gol. Mereka memang masih muda dan punya potensi, tapi harga transfer mereka terlalu berlebihan.

Kalau sudah juara Piala Dunia seperti Enzo Fernandez, kisaran harga transfer 100 juta pounds memang masuk akal. Begitu juga kalau dia punya talenta sebesar Jude Bellingham, yang terbukti langsung moncer bersama Real Madrid.

Tapi, ketika harga mahal itu tidak sesuai kualitas, performa tim jadi taruhan. Situasi bisa menjadi lebih pelik, karena durasi kontrak pemain masih panjang.

Bayangkan, 7-8 tahun kontrak dengan gaji besar tapi performa konsisten medioker. Dengan menggunakan teori amortisasi, jerat sanksi finansial memang bisa dihindari, tapi tidak dengan penurunan nilai pasar pemain akibat performa dan menit bermain anjlok.

Andai dijadikan buku atau film, mungkin akan jadi cerita komedi, dan judulnya "Mahal Masa Gitu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun