Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

"Rebuild" Tim ala Liverpool

2 September 2023   14:50 Diperbarui: 3 September 2023   09:37 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Liverpool FC. (AP PHOTO/JON SUPER via Kompas.com)

"Rebuild" alias "Membangun Ulang".

Begitulah kata kunci yang paling banyak disebut kubu Liverpool, sepanjang bursa transfer musim panas 2023, yang baru saja tutup Sabtu (2/9, dinihari WIB). Meski membawa tema pembaruan secara drastis, ini adalah sebuah proses yang sedang berjalan.

Sebenarnya, proses "rebuild" itu sendiri sudah dimulai sejak pertengahan musim 2021-2022, saat Luis Diaz diboyong dari FC Porto. Tahap pertama proses ini lalu berlanjut dengan transfer Darwin Nunez (dari Benfica), Ben Doak (dari Glasgow Celtic), dan Cody Gakpo (dari PSV Eindhoven.

(Liverpoolfc.com)
(Liverpoolfc.com)

Kedatangan keempatnya, ditambah kepergian Sadio Mane dan Roberto Firmino (yang saat ini sama-sama bermain di klub Liga Arab Saudi) menegaskan hal itu. Ada sebuah siklus evolusi yang sedang berjalan di lini depan Si Merah.

Inilah tahap pertama "rebuild" yang kemungkinan baru akan tuntas musim depan, jika Mohamed Salah jadi hengkang ke klub Liga Saudi. Seperti diketahui, bintang Timnas Mesir itu sedang diincar Al Ittihad, klub juara bertahan Saudi Pro League.

Setelah lini depan (hampir) beres rencana "rebuild" Liverpool lalu beralih ke lini tengah. Kepergian Naby Keita, Alex Oxlade-Chamberlain dan James Milner yang habis kontrak, ditambah Jordan Henderson dan Fabinho yang dilepas ke klub Arab Saudi menjadi penanda akhir sebuah siklus, sama seperti di lini depan.

Darwin Nunez, Cody Gakpo dan Luis Diaz (Donbalon.com)
Darwin Nunez, Cody Gakpo dan Luis Diaz (Donbalon.com)
Kebetulan, performa lini tengah The Reds menurun drastis di musim 2022-2023. Selain karena sudah lewat masa puncak performa, sektor dapur serangan ini terbilang kering kreasi, karena pemain yang konsisten fit rata-rata bertipikal gelandang petarung.

Memang, Thiago Alcantara, Alex Oxlade-Chamberlain dan Naby Keita punya kreativitas cukup oke, tapi mereka sama-sama sering cedera. Karena itulah, "rebuild" lini tengah jadi garis besar rencananya transfer pasukan Juergen Klopp.

Sebagai gantinya, datanglah Alexis MacAllister (dari Brighton), Dominik Szoboszlai (dari RB Leipzig), Ryan Gravenberch (dari Bayern Munich) dan Wataru Endo (dari Stuttgart).

Selain Wataru Endo yang berusia 30 tahun, rekrutan baru Liverpool kali ini berusia antara 21-24 tahun. Jelas, ada proyeksi rencana jangka menengah dan panjang di sini.

Keempatnya punya gaya main lebih beragam dari para pemain sebelumnya, dan cukup jarang cedera. Ada yang jago umpan terobosan, spesialis bola mati dan melakukan tekel bersih.

Mereka melengkapi Harvey Elliott (20), Curtis Jones (22) dan Stefan Bajcetic (18) yang sudah lebih dulu hadir di tim senior. Dengan lini tengah yang diisi pemain-pemain muda dan beragam gaya main, akan ada satu dinamika menarik, karena sektor ini akan lebih hidup dari sebelumnya.

Tapi, "rebuild" lini tengah tampaknya baru akan tuntas awal musim depan, jika Thiago Alcantara hengkang dan ada gelandang baru yang datang. Kebetulan, pemain nomor punggung 6 itu sedang berada di tahun terakhir masa kontraknya.

Dengan berjalannya proses "rebuild" di lini depan dan tengah, yang bisa dibilang hampir tuntas, praktis tinggal sektor pertahanan saja yang masih belum banyak diotak-atik. Sektor satu ini masih didominasi muka lama seperti Virgil Van Dijk dan Joel Matip, yang sudah mulai menurun performanya.

Kalaupun ada muka baru untuk proyeksi jangka panjang, itu hanya terlihat dari keberadaan Ibrahima Konate (24) dalam dua tahun terakhir di tim utama.

Untuk musim 2023-2024, The Kop hanya kedatangan Jarell Quansah (20) yang promosi dari tim junior. Pemain yang berposisi bek tengah itu bahkan sudah mencatat debut di tim utama, saat Si Merah menang dramatis 2-1 atas Newcastle United di Liga Inggris, 27 Agustus 2023 silam.

Sebenarnya, kekhawatiran soal lini belakang Liverpool cukup beralasan, karena sektor ini pernah babak belur akibat masalah cedera di musim 2020-2021.

Tapi, Juergen Klopp dan manajemen klub tampaknya memang cenderung lebih suka menjalankan "rebuild" secara bertahap. Selain karena aman dari jerat aturan Financial Fair Play UEFA, pendekatan ini juga lebih efektif dalam menciptakan transisi mulus, tanpa mengganggu kekompakan tim.

Jadi, bukan kejutan kalau The Reds akan lebih fokus berburu bek di bursa transfer berikutnya, sambil menuntaskan "rebuild" di sektor lainnya. Jika "rebuild" sudah tuntas, frekuensi belanja pemain bisa lebih sedikit, karena fokus pada kebutuhan tim, bukan jumlah pemain yang datang.

Dari segi harga transfer, pemain-pemain yang didatangkan juga tidak terlalu mahal, untuk ukuran pasar transfer saat ini. Secara total, tim kesayangan Kopites ini menggelontorkan dana transfer 146 juta pounds, dan mendapat pemasukan 52 juta pounds dari penjualan pemain.

Pendekatan ini memang tak seroyal Chelsea, yang dalam tiga bursa transfer terakhir sudah menggelontorkan dana lebih dari 1 miliar pounds. Meski begitu masa transisinya tak akan sampai mengganggu keseimbangan dalam tim, karena dilakukan secara bertahap dan terukur, tanpa perlu mengakali celah aturan yang berlaku. 

Maka, wajar jika pada prosesnya tim Merseyside Merah sempat dua kali ditelikung Chelsea, saat mendekati Moises Caicedo dan Romeo Lavia. Mereka enggan menabrak aturan Financial Fair Play dan merusak struktur gaji klub. 

Pada akhirnya, keputusan ini terbukti tepat, setelah Wataru Endo dan Ryan Gravenberch mendarat di Anfield dengan biaya total 51 juta pounds. Harga ini bahkan masih lebih murah dari harga beli Romeo Lavia saat ditebus Chelsea dari Southampton (58 juta pounds, sudah termasuk bonus)

Bagi para suporter "glory hunter" alias pemburu trofi, mungkin proses "rebuild" ala Liverpool ini terlalu lambat dan agak pelit, tapi memang beginilah cara siklus mereka berjalan: ada aspek keberlanjutan dan perencanaan terukur yang tak boleh diabaikan, hanya demi mengejar trofi.

Sebelumnya, proses "rebuild" ini sudah pernah berjalan pada tahun-tahun awal era kepelatihan Klopp di Anfield (2016-2018) dan membuahkan 7 trofi berbeda, antara lain Liga Inggris dan Liga Champions. Kini, proses itu sedang berjalan lagi, dan akan tuntas setelah "rebuild" di lini belakang tuntas.

Akankah "rebuild" Liverpool kembali membuahkan prestasi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun