Pendekatan ini memang tak seroyal Chelsea, yang dalam tiga bursa transfer terakhir sudah menggelontorkan dana lebih dari 1 miliar pounds. Meski begitu masa transisinya tak akan sampai mengganggu keseimbangan dalam tim, karena dilakukan secara bertahap dan terukur, tanpa perlu mengakali celah aturan yang berlaku.Â
Maka, wajar jika pada prosesnya tim Merseyside Merah sempat dua kali ditelikung Chelsea, saat mendekati Moises Caicedo dan Romeo Lavia. Mereka enggan menabrak aturan Financial Fair Play dan merusak struktur gaji klub.Â
Pada akhirnya, keputusan ini terbukti tepat, setelah Wataru Endo dan Ryan Gravenberch mendarat di Anfield dengan biaya total 51 juta pounds. Harga ini bahkan masih lebih murah dari harga beli Romeo Lavia saat ditebus Chelsea dari Southampton (58 juta pounds, sudah termasuk bonus)
Bagi para suporter "glory hunter" alias pemburu trofi, mungkin proses "rebuild" ala Liverpool ini terlalu lambat dan agak pelit, tapi memang beginilah cara siklus mereka berjalan: ada aspek keberlanjutan dan perencanaan terukur yang tak boleh diabaikan, hanya demi mengejar trofi.
Sebelumnya, proses "rebuild" ini sudah pernah berjalan pada tahun-tahun awal era kepelatihan Klopp di Anfield (2016-2018) dan membuahkan 7 trofi berbeda, antara lain Liga Inggris dan Liga Champions. Kini, proses itu sedang berjalan lagi, dan akan tuntas setelah "rebuild" di lini belakang tuntas.
Akankah "rebuild" Liverpool kembali membuahkan prestasi?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI