Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas U-23 dan Sisi Konyol Sebuah Bias

29 Agustus 2023   23:39 Diperbarui: 29 Agustus 2023   23:40 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiroki Kasahara (baju hijau) saat bertugas di final Piala AFF U-23 (Kompas.com)

Piala AFF U-23 edisi 2023 telah tutup buku akhir pekan lalu, dengan Vietnam keluar sebagai juara, usai menaklukkan Indonesia 6-5 (0-0) di babak adu penalti. 

Meski kurang beruntung di akhir, capaian ini tetap terbilang bagus, karena persiapan awal Garuda Muda kurang ideal, tanpa target khusus, dan hampir saja tersingkir di fase grup.

Maka, wajar jika beragam apresiasi tetap diberikan publik sepak bola nasional. Tidak ada yang menyalahkan pemain atau pelatih secara berlebihan.

Tim sudah berkembang sepanjang turnamen dan bermain bagus, hanya kurang beruntung di final. Sesimpel itu.

Tapi, karena tim yang bertanding membawa embel-embel "Timnas Indonesia", tetap ada satu hal yang kurang pantas untuk dinikmati, yakni sudut pandang cenderung bias.

Biasanya, sudut pandang seperti ini muncul, atas nama nasionalisme. Makanya, objektivitas bukan lagi bagian penting. Sebagai gantinya, muncullah aneka prediksi rasa ekspektasi dan teori cocoklogi.

Sebenarnya, dua hal tersebut merupakan fenomena umum di sepak bola, khususnya di level antarnegara. Sebagai contoh, media Inggris dikenal jago membuat "hype" pada tim nasional mereka, meski realitanya tak sehebat yang diceritakan.

Tapi, di sepak bola nasional, ada satu fenomena lain yang belakangan muncul, yakni menyebar berita hoaks soal wasit, khususnya ketika Tim Merah Putih kalah.

Di Piala AFF U-23 edisi 2023, fenomena ini muncul, dan menjadi viral saat tim asuhan Shin Tae-yong takluk 1-2 dari Malaysia di fase grup dan kalah adu penalti dari Vietnam di final.

Selain karena hasil akhir yang sama-sama tidak berpihak pada Ramadan Sananta dkk, kebetulan yang ada jadi semakin sempurna, karena kedua pertandingan ini sama-sama dipimpin wasit Hiroki Kasahara.

Hiroki Kasahara (baju hijau) saat bertugas di final Piala AFF U-23 (Kompas.com)
Hiroki Kasahara (baju hijau) saat bertugas di final Piala AFF U-23 (Kompas.com)
Tak heran, wasit asal Jepang itu dirujak warganet suporter Indonesia sampai akun Instagram nya lenyap. Penyebabnya, Kasahara dinilai kurang adil saat bertugas sebagai wasit.

Soal bagaimana reaksi warganet ini, sebenarnya sudah bukan kejutan. Emosi yang muncul karena menonton pertandingan menemukan tempat pelampiasan di media sosial. Akun tokoh besar saja bisa kena, apalagi wasit pertandingan turnamen kelompok umur.

Masalahnya, situasi ini ternyata dimanfaatkan pihak tertentu, untuk membuat konten hoaks. Seperti biasa, judulnya bombastis, tapi isinya tak ada, malah cenderung menyesatkan, karena mencoba menggiring opini publik dengan kebohongan.

Tak tanggung-tanggung, berita hoaks itu sampai menyebut Kasahara diskors seumur hidup oleh FIFA. Sebuah informasi yang setelah dicek fakta di media terbukti hoaks.

Sanksi seumur hidup biasanya dijatuhkan pada wasit yang terbukti melakukan tindak pengaturan skor atau tindak kriminal lain, misalnya menganiaya pemain di lapangan.

Untuk pelanggaran karena urusan teknis, seperti pada aspek keputusan wasit, FIFA biasa memberlakukan aturan sendiri. Dengan catatan, kompetisi itu berada di dalam yurisprudensi dan agenda resmi FIFA.

Salah satu kasus terkenal terjadi di Liga Ekuador tahun 2003, saat Byron Moreno memberi injury time sampai 13 menit, dari yang seharusnya hanya 6 menit. Akibatnya, FIFA menjatuhkan skorsing 20 pertandingan kepada wasit berlisensi FIFA tersebut.

Untuk kasus Kasahara, FIFA jelas tak bisa memberi hukuman, karena Piala AFF U-23 merupakan turnamen kelompok umur di luar agenda resmi FIFA.

Jadi, narasi soal hukuman seumur hidup ini hanya sebuah pembodohan publik, dengan memanfaatkan reaksi atas kekalahan Timnas Indonesia U-23. Andai menang di final, sang wasit sudah pasti dapat puja-puji sampai berlebihan, dan akun medsos nya kebanjiran pengikut dari Indonesia.

Di satu sisi, nasionalisme memang penting buat sebuah bangsa, tapi jika terlanjur menjadi banal dan mengabaikan nilai sportivitas, termasuk dalam olahraga, itu jelas tak sehat untuk dibiasakan.

Kalau terus dibiasakan, ini bisa membuat publik sepak bola nasional mencari kambing hitam dari pihak lain, tanpa mau melihat kekurangan yang perlu diperbaiki.

Akibatnya, celah pembodohan pun terbuka lebar dan akan menciptakan cara pandang bebal. Maju dan menjadi lebih baik pun tinggal mimpi, karena sudah terlanjur dibuat bebal.

Meski mengecewakan, kekalahan Timnas U-23 di Thailand tetap menghadirkan sisi positif. Tidak ada pihak yang merecoki apalagi menunggangi, sehingga tim ini bisa fokus pada agenda berikutnya, yakni ujicoba internasional FIFA dan kualifikasi Piala Asia U-23 (yang sekaligus jadi rangkaian kualifikasi Olimpiade 2024)

Lebih jauh lagi, kekalahan ini juga menghadirkan satu alasan, kenapa sepak bola nasional kadang jalan di tempat: selalu ada informasi hoaks, yang juga menjadi celah pembodohan publik secara sistematis, dengan memanfaatkan reaksi atas sebuah kekalahan.

Padahal, pertandingan final hanya punya dua pilihan: menang atau kalah, yang harus diterima sama baiknya. Mungkin, inilah satu alasan mengapa budaya membaca dan cek fakta itu penting.

Lagipula, secara kualitas, level sepak bola Asia Tenggara masih agak tertinggal di Asia. Dengan kualitas seperti itu, belum banyak yang bisa diharapkan dari kualitas wasit dan perilaku pemain di lapangan.

Jadi, wajar kalau sepak bola di Asia Tenggara masih punya tambahan bumbu pencak silat, muay thai dan keputusan ajaib wasit di lapangan, karena levelnya memang masih berkutat di sekitar situ, entah sampai kapan.

Referensi cek fakta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun