Piala AFF U-23 edisi 2023 telah tutup buku akhir pekan lalu, dengan Vietnam keluar sebagai juara, usai menaklukkan Indonesia 6-5 (0-0) di babak adu penalti.Â
Meski kurang beruntung di akhir, capaian ini tetap terbilang bagus, karena persiapan awal Garuda Muda kurang ideal, tanpa target khusus, dan hampir saja tersingkir di fase grup.
Maka, wajar jika beragam apresiasi tetap diberikan publik sepak bola nasional. Tidak ada yang menyalahkan pemain atau pelatih secara berlebihan.
Tim sudah berkembang sepanjang turnamen dan bermain bagus, hanya kurang beruntung di final. Sesimpel itu.
Tapi, karena tim yang bertanding membawa embel-embel "Timnas Indonesia", tetap ada satu hal yang kurang pantas untuk dinikmati, yakni sudut pandang cenderung bias.
Biasanya, sudut pandang seperti ini muncul, atas nama nasionalisme. Makanya, objektivitas bukan lagi bagian penting. Sebagai gantinya, muncullah aneka prediksi rasa ekspektasi dan teori cocoklogi.
Sebenarnya, dua hal tersebut merupakan fenomena umum di sepak bola, khususnya di level antarnegara. Sebagai contoh, media Inggris dikenal jago membuat "hype" pada tim nasional mereka, meski realitanya tak sehebat yang diceritakan.
Tapi, di sepak bola nasional, ada satu fenomena lain yang belakangan muncul, yakni menyebar berita hoaks soal wasit, khususnya ketika Tim Merah Putih kalah.
Di Piala AFF U-23 edisi 2023, fenomena ini muncul, dan menjadi viral saat tim asuhan Shin Tae-yong takluk 1-2 dari Malaysia di fase grup dan kalah adu penalti dari Vietnam di final.
Selain karena hasil akhir yang sama-sama tidak berpihak pada Ramadan Sananta dkk, kebetulan yang ada jadi semakin sempurna, karena kedua pertandingan ini sama-sama dipimpin wasit Hiroki Kasahara.