Akibatnya, celah pembodohan pun terbuka lebar dan akan menciptakan cara pandang bebal. Maju dan menjadi lebih baik pun tinggal mimpi, karena sudah terlanjur dibuat bebal.
Meski mengecewakan, kekalahan Timnas U-23 di Thailand tetap menghadirkan sisi positif. Tidak ada pihak yang merecoki apalagi menunggangi, sehingga tim ini bisa fokus pada agenda berikutnya, yakni ujicoba internasional FIFA dan kualifikasi Piala Asia U-23 (yang sekaligus jadi rangkaian kualifikasi Olimpiade 2024)
Lebih jauh lagi, kekalahan ini juga menghadirkan satu alasan, kenapa sepak bola nasional kadang jalan di tempat: selalu ada informasi hoaks, yang juga menjadi celah pembodohan publik secara sistematis, dengan memanfaatkan reaksi atas sebuah kekalahan.
Padahal, pertandingan final hanya punya dua pilihan: menang atau kalah, yang harus diterima sama baiknya. Mungkin, inilah satu alasan mengapa budaya membaca dan cek fakta itu penting.
Lagipula, secara kualitas, level sepak bola Asia Tenggara masih agak tertinggal di Asia. Dengan kualitas seperti itu, belum banyak yang bisa diharapkan dari kualitas wasit dan perilaku pemain di lapangan.
Jadi, wajar kalau sepak bola di Asia Tenggara masih punya tambahan bumbu pencak silat, muay thai dan keputusan ajaib wasit di lapangan, karena levelnya memang masih berkutat di sekitar situ, entah sampai kapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H