Berbayar saja akan disensor, apalagi gratisan. Kurang sensor apalagi?
Kalau melihat tujuan dasarnya, mungkin sensor itu baik, tapi sensor tidak bisa menjamin semua baik-baik saja. Ada edukasi yang harus dibudayakan, tapi itu tak pernah ada, kalau tak boleh dibilang gagal dihadirkan.
Tanpa didasari edukasi tentang hal-hal yang masuk kategori "sensor" itu, tidak akan ada kesadaran. Malah, sensor ketat yang ada hanya akan memicu tindakan negatif akibat rasa penasaran tinggi yang tidak diwadahi dalam edukasi.
Sebagai bangsa yang menyebut dirinya "kaya akan budaya" dan berbudaya, tidak seharusnya sensor jadi kebiasaan, karena semakin berbudaya, seharusnya sensor semakin longgar, karena kesadaran diri dan cara pandangnya semakin luas, sumbu kesabaran pun semakin panjang, karena budaya (seharusnya) membuat manusia lebih arif.
Kalau yang terjadi sebaliknya, seharusnya ada yang salah, itupun kalau disadari. Mungkin, inilah satu buah dari pendidikan yang lebih mementingkan "angka" kuantitatif ketimbang nilai kualitatif.
Mengerikan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI