Meski mendapat gaji mewah plus aneka bonus melimpah di Al Hilal, ini jelas sebuah penurunan level cukup drastis dari seorang pemain termahal dunia. Dengan usianya yang sudah 31 tahun, mungkin inilah awal dari babak akhir kiprah seorang Neymar di lapangan hijau.
Di sisi lain, ini juga menjadi satu contoh terkini, dari beratnya beban sebuah label "benchmark" dari pemain legendaris. Terutama, jika si pemain punya masalah kebugaran atau indisipliner.
Uniknya, masalah yang dialami Neymar dan Robinho sebagai "The Next Pele" justru tak dialami Romario, Ronaldo, Ronaldinho atau Kaka. Tanpa embel-embel sebagai penerus O Rei, mereka malah mampu mencatat banyak prestasi, baik di klub maupun tim nasional.
Mungkin, pencarian publik sepak bola Brasil pada sosok "The Next Pele" akan lebih panjang dari pencarian "The Next Maradona" di Argentina, tapi ini sekaligus menunjukkan, sebuah harapan besar bisa menjadi beban berat, bagi siapapun pemikulnya.
Kalau harapan itu bisa dicapai bahkan dilampaui, itu bisa jadi tantangan baru untuk generasi mendatang. Kalau ternyata tak tercapai, itu akan menyisakan rasa penasaran, karena ada begitu banyak ketidakpastian di dalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H