Satu gambaran paling familiar soal arah spesialisasi peran AI, bisa kita lihat pada tokoh Doraemon di manga Doraemon karya Fujiko. F. Fujio.
Meski punya seabrek alat ajaib, robot luwak kucing biru itu bisa tetap fokus pada tugas utamanya sebagai robot pengasuh sekaligus sahabat buat Nobita.
Jika tidak sedang sibuk, Doraemon tetap bersikap seperti musang kucing, karakter hewan yang diprogramkan padanya. Ada saatnya bermain dengan Nobita dkk, ada saatnya main dengan teman kucing oyen tongkrongannya, dan ada saatnya malas-malasan di rumah.
Dengan kelebihannya, Doraemon menjadi satu paket lengkap pengasuh yang futuristik, karena datang dari masa depan, tapi kehadirannya tidak menghilangkan peran Nobisuke Nobi dan Tamako sebagai orang tua Nobita.
Mereka tetap mampu menjadi orang tua dengan menjalankan tugas masing-masing sebagai emak-emak dan bapack-bapack, lengkap dengan semua keajaibannya, tanpa lupa menikmati hidup dan bahagia.
Mungkin, seperti itulah tugas utama AI, sepanjang sisi tamak manusia belum merajalela; membantu manusia supaya tak lupa untuk tetap jadi manusia.
Maka, dengan semakin berkembangnya teknologi, pemerintah dan pihak-pihak terkait perlu mulai mempersiapkan regulasi terkait, misalnya dengan mengatur persentase minimum tenaga kerja manusia di satu perusahaan, karena tidak semua orang bisa dan punya previlese jadi pengusaha.
Jangan sampai pengangguran melonjak akibat kemajuan teknologi, karena kemajuan teknologi seharusnya ada untuk membantu, bukan menyusahkan hidup manusia, khususnya para pekerja.
Bisa?
Referensi jurnal:
 - Singh, A. K., Sharma, P. M., Bhatt, M., Choudhary, A., Sharma, S., & Sadhukhan, S. (2022, November). Comparative Analysis on Artificial Intelligence Technologies and its Application in FinTech. In 2022 International Conference on Augmented Intelligence and Sustainable Systems (ICAISS) (pp. 570-574). IEEE.