Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bursa Transfer di Era Pakar Transfer

23 Juli 2023   12:47 Diperbarui: 23 Juli 2023   12:58 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara soal periode bursa transfer, ada begitu banyak informasi dari beragam sumber yang muncul. Pada awalnya, media "mainstream" atau situs berita resmi biasa jadi acuan, karena dinilai paling kredibel, meski ada juga media yang kurang kredibel.

Belakangan, muncul sumber berita baru, yakni para pakar transfer independen. Umumnya, mereka adalah jurnalis sepak bola, seperti Gianluca Di Marzio dan Fabrizio Romano dari Italia, David Ornstein (Inggris), Florian Plattenberg (Jerman), atau Pedro Sepulveda (Portugal).

Terlepas dari berbagai pro-kontra tentang gaya penyampaian mereka, yang lumayan berbeda dengan media "mainstream", karena terkesan seperti "spoiler" sebelum info resmi rilis, keberadaan para pakar transfer ini terbukti mampu memperkaya dimensi informasi seputar transfer pemain.

Satu hal positif yang membuat informasi mereka layak ditunggu adalah, informasi yang disampaikan tak hanya aktual, tapi juga detail.

Dua dimensi ini memang sudah seharusnya seiring sejalan, tapi menjadi timpang di era kekinian, karena kecepatan seringkali lebih diutamakan. Akibatnya, satu informasi yang seharusnya bisa disampaikan secara utuh, justru hanya berupa potongan fragmen, persis permainan puzzle.

Selain tidak efektif, karena "memaksa" pembaca menyusun puzzle, keutuhan perspektif yang didapat juga tidak optimal, karena satu fragmen itu kadang rawan dipakai sebagai satu kesimpulan akhir. Tidak semua orang punya kesabaran cukup untuk merangkai fragmen puzzle, dan inilah yang kadang lupa disadari pegiat media. 

Masih soal perspektif, keutuhan informasi yang disampaikan para pakar ini juga mampu menambah wawasan publik, khususnya pecinta sepak bola, seputar apa saja yang ada dalam satu proses transfer, mulai dari gaji, durasi kontrak, sampai tahap-tahap negosiasi.

Meski ada transfer pemain yang nominalnya tak diungkap ke publik, dan ada transfer yang batal di saat terakhir, pemberitaan dari pakar transfer ini punya tingkat akurasi dan reliabilitas yang bagus, karena sebagai jurnalis mereka tetap mengedepankan validitas informasi ketimbang jumlah klik.

Dari sini juga, kita bisa melihat, ada sisi transparansi dalam klub sepak bola yang bisa seiring sejalan dengan independensi jurnalistik.

Karena inilah, media massa belakangan banyak menjadikan informasi dari pakar transfer sebagai rujukan. Pakar transfer pun makin banyak bermunculan.

Kadang, ada juga jurnalis yang biasa jadi informan agenda tim nasional. Salah satu nama yang masih cukup segar di ingatan publik sepak bola nasional adalah Gaston Edul, yang memang biasa mengikuti aksi Tim Tango dari dekat.

Dialah sosok informan awal yang menginfokan agenda pertandingan Timnas Argentina melawan Indonesia.

Dari sekian banyak pakar transfer yang muncul, nama Fabrizio Romano mungkin jadi yang paling generik, karena infonya sangat jarang meleset. Apalagi, kalau sang Italiano sudah menulis jargon "Here We Go" andalannya.

Dengan banyaknya pakar transfer yang ada, kita juga punya kesempatan untuk melihat dari beragam sumber, karena ada begitu banyak klub dari berbagai liga yang ikut terlibat. Tapi, kita tak mungkin mencernanya sekaligus, karena jumlahnya terlalu banyak.

Maka, kita perlu mengedepankan akurasi dan reliabilitas. Satu tips yang bisa dilakukan adalah melihat spesialisasi sang pakar. Biasanya, spesialisasi ini ada pada kompetisi liga negara asal sang pakar.

Misal, jika dia punya spesialisasi di Liga Inggris seperti David Ornstein, dan pakar transfer generik sudah punya informasi lebih awal, kita bisa menjadikannya referensi, apalagi kalau validitas dan reliabilitas infonya terbukti sudah tinggi.

Disadari atau tidak, kemunculan para pakar transfer ini telah memperkaya diversifikasi, sekaligus menunjukkan, betapa melimpahnya informasi di era digital. Jadi, masalah terbesarnya bukan terletak pada jumlah, tapi seberapa mampu kita memilah informasi berkualitas.

Semakin bagus kualitasnya semakin baik, begitupun sebaliknya. Selebihnya, tinggal bagaimana itu dipilah dan diolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun