Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Menimbang Rencana "Rehat Sejenak" Liga 1

9 Juli 2023   13:35 Diperbarui: 10 Juli 2023   16:50 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai sebuah kompetisi, Liga Indonesia biasa menghadirkan beragam warna menarik. Mulai dari aksi di lapangan sampai fanatisme suporter, semua menyatu jadi sebuah paket aksi menarik.

Meski sejauh ini berlangsung cukup kondusif, Liga 1 musim 2023-2024 ternyata sedang diwacanakan untuk rehat sejenak. Penyebab awalnya datang dari komentar rasis warganet kepada Yuran Fernandes, Yance Sayuri, dan Erwin Gutawa (PSM Makassar) dan Riko Simanjuntak (Persija Jakarta).

Keputusan ini mungkin agak aneh, karena insiden itu tidak terjadi di lapangan. Hanya karena celoteh oknum suporter di dunia maya, semua tim di liga bisa kena imbasnya.

Apalagi, pertandingan PSM melawan Persija sudah berlangsung Senin (3/7) lalu, dengan skor akhir 1-1 dan suasana cukup kondusif di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta.

Tapi, rencana rehat ini belakangan justru jadi makin masuk akal, karena ada juga dua insiden bentrok antarsuporter yang terjadi di kompetisi yang sama, yakni bentrok antarsuporter Persis Solo saat menjamu Persebaya Surabaya (1/7) dan bentrok antarsuporter PSM Makassar saat menjamu Dewa United (8/7).

Para pelaku utama di kedua insiden tersebut sudah diamankan pihak berwajib, tapi ini tetap saja menjadi satu kecolongan cukup besar. Ternyata, kebijakan PSSI melarang suporter tim tamu datang masih belum efektif, karena sesama suporter tim tuan rumah saja bisa bentrok di kandang sendiri dan menciptakan gangguan keamanan masyarakat di luar stadion.

Berhubung pada pekan-pekan awal kompetisi saja sudah terjadi dua insiden bentrokan dan satu insiden rasisme, evaluasi darurat (atau apapun itu) memang sudah seharusnya dilakukan.

Sebelum kompetisi melangkah jauh dan justru menghasilkan banyak insiden serupa, penertiban memang sudah seharusnya dilakukan. Mengingat ini menyangkut keamanan dan keselamatan bersama, keputusan Erick Thohir (selaku Ketum PSSI) memang sudah tepat.

Jangan sampai, kejadian serupa Tragedi Kanjuruhan terjadi lagi akibat mitigasi yang buruk di awal. Apalagi, kasta tertinggi Liga Indonesia secara total menyajikan kurang lebih 306 pertandingan.

Kalau 10-15 persen saja diantara 306 pertandingan itu sampai menimbulkan gangguan keamanan pada suporter dan masyarakat, berarti sudah lampu kuning, karena potensi gangguan keamanannya cukup tinggi.

Itu baru di kompetisi kasta tertinggi. Belum termasuk kompetisi kasta kedua dan ketiga, yang total jumlah klub pesertanya jauh lebih banyak.

Jika keputusan rehat sejenak itu benar-benar dijalankan, sudah saatnya PSSI dan klub menertibkan dan mengedukasi suporter, setidaknya sampai sudah siap mental untuk bersikap tertib.

Bagaimanapun, membudayakan sikap tertib perlu persiapan dan sedikit waktu adaptasi. Di sini, PSSI juga perlu mempertimbangkan adanya sanksi pengurangan poin, jika bentrokan antarsuporter terjadi, karena sanksi denda sudah lama tidak efektif.

Sudah banyak klub mendapat denda dan sanksi menjadi tim musafir, tapi masalahnya masih saja terjadi. Maka, sudah saatnya sanksi pengurangan poin (bahkan degradasi atau skorsing panjang pada jenis kejadian ekstrem) mulai dijalankan.

Supaya, klub dan suporter bisa punya kesadaran bersama untuk menjaga nama baik klub dan memelihara nilai sportivitas dalam olahraga. Jika semua berjalan lancar, kualitas kompetisi juga akan otomatis meningkat, karena semua pihak terkait sudah teredukasi dan punya pemahaman yang baik.

Mau sampai kapan pertandingan sepak bola di Indonesia akan dipandang sebagai satu potensi gangguan keamanan masyarakat?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun