Itu baru di kompetisi kasta tertinggi. Belum termasuk kompetisi kasta kedua dan ketiga, yang total jumlah klub pesertanya jauh lebih banyak.
Jika keputusan rehat sejenak itu benar-benar dijalankan, sudah saatnya PSSI dan klub menertibkan dan mengedukasi suporter, setidaknya sampai sudah siap mental untuk bersikap tertib.
Bagaimanapun, membudayakan sikap tertib perlu persiapan dan sedikit waktu adaptasi. Di sini, PSSI juga perlu mempertimbangkan adanya sanksi pengurangan poin, jika bentrokan antarsuporter terjadi, karena sanksi denda sudah lama tidak efektif.
Sudah banyak klub mendapat denda dan sanksi menjadi tim musafir, tapi masalahnya masih saja terjadi. Maka, sudah saatnya sanksi pengurangan poin (bahkan degradasi atau skorsing panjang pada jenis kejadian ekstrem) mulai dijalankan.
Supaya, klub dan suporter bisa punya kesadaran bersama untuk menjaga nama baik klub dan memelihara nilai sportivitas dalam olahraga. Jika semua berjalan lancar, kualitas kompetisi juga akan otomatis meningkat, karena semua pihak terkait sudah teredukasi dan punya pemahaman yang baik.
Mau sampai kapan pertandingan sepak bola di Indonesia akan dipandang sebagai satu potensi gangguan keamanan masyarakat?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H