Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Wenger Law, Wajah Baru Aturan Offside?

6 Juli 2023   20:07 Diperbarui: 7 Juli 2023   15:55 1351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bek Korea Selatan, Kim Young-gwon (kanan), bereaksi setelah dinyatakan offside dalam pertandingan penyisihan Grup F Piala Dunia 2018 di Kazan Arena, Kazan, Rabu (27/6/2018).(Luis Acosta/AFP via KOMPAS.com)

Sebagai sebuah olahraga yang dinamis, sepak bola kerap mengalami perubahan aturan. Belakangan, seiring makin intensnya penggunaan teknologi, perubahan aturan yang ada mampu menjangkau detail kecil pada aturan spesifik.

Terkini, FIFA berencana menguji coba versi baru aturan offside di kompetisi Liga Swedia, Belanda dan Italia. Aturan yang diusulkan oleh Arsene Wenger (eks pelatih Arsenal, kini menjabat sebagai Kepala Pengembangan Global FIFA) ini disebut sebagai Wenger Law.

Wenger Law secara umum mendefinisikan ulang offside menjadi lebih sederhana. Dimana, seorang pemain dinyatakan offside, jika seluruh tubuhnya secara utuh berada di belakang pemain terakhir lawan.

Sebelumnya, offside, khususnya setelah VAR, dan belakangan SAOT (Teknologi Offside Semiotomatis) mulai digunakan telah menghadirkan satu detail tinggi.

Dimana, seorang pemain akan dinyatakan offside, jika ujung jari, ujung sepatu, atau bagian kecil lainnya berada di belakang pemain terakhir lawan.

Di satu sisi, ini memang sangat membantu wasit dan hakim garis meminimalkan kesalahan, sekaligus menambah kualitas permainan. Masalahnya, pengambilan keputusan terkait offside kerap makan waktu lama.

Alhasil, pertandingan bisa ter-delay cukup lama, dan injury time pun bisa cukup lama. Maka, ketika rencana aturan Wenger Law dicetuskan, ada harapan masalah "delay" ini bisa dikurangi.

Tapi, penerapan Wenger Law sendiri tidak bebas potensi masalah, karena bisa menjadi antitesis aturan offside versi lama. Seorang pemain bisa tetap dinyatakan "onside" jika ujung jari atau ujung sepatunya masih sejajar dengan pemain lawan.

Baca juga: Restorasi ala PSG

Dari perspektif tim yang menyerang, ini adalah satu kabar gembira, karena kesempatan mencetak gol jadi lebih terbuka. Gol yang tercipta di satu pertandingan pun akan lebih banyak.

(Skysports.com)
(Skysports.com)

Andai ini sudah diterapkan sejak era 1990-an atau 2000-an, penyerang bertipe penakluk jebakan "offside" seperti Filippo Izaghi atau Karim Benzema pasti sudah mencetak lebih banyak gol dari yang sudah tercatat. Begitu juga dengan para penyerang jempolan seperti Thierry Henry, Samuel Eto'o dan Ronaldo.

Tapi, Wenger Law bisa menjadi mimpi buruk bagi tim yang bertahan, karena strategi jebakan offside bisa menjadi titik rawan. Tak ada lagi tekel keras, menarik kaos, atau strategi bertahan "darurat" lainnya, karena itu bisa membatalkan jebakan offside.

Tentu ini akan jadi PR besar yang bisa merevolusi sepak bola menjadi lebih taktis, tanpa kehilangan sisi dinamisnya. Andai Wenger Law benar-benar diterapkan secara utuh, ini akan jadi warna baru di sepak bola modern.

Indonesia yang liganya baru akan menggunakan VAR pun bisa sekalian menerapkan aturan offside versi baru. Benar-benar sebuah kebetulan.

Menariknya, Wenger Law seperti menjadi satu kilas balik, yang mengingatkan esensi sepak bola sebagai sebuah olahraga tim. Sehebat apapun seorang pemain, ia justru akan jadi titik lemah, jika tak bisa melebur dan ikut bermain sebagai sebuah tim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun