Andai ini sudah diterapkan sejak era 1990-an atau 2000-an, penyerang bertipe penakluk jebakan "offside" seperti Filippo Izaghi atau Karim Benzema pasti sudah mencetak lebih banyak gol dari yang sudah tercatat. Begitu juga dengan para penyerang jempolan seperti Thierry Henry, Samuel Eto'o dan Ronaldo.
Tapi, Wenger Law bisa menjadi mimpi buruk bagi tim yang bertahan, karena strategi jebakan offside bisa menjadi titik rawan. Tak ada lagi tekel keras, menarik kaos, atau strategi bertahan "darurat" lainnya, karena itu bisa membatalkan jebakan offside.
Tentu ini akan jadi PR besar yang bisa merevolusi sepak bola menjadi lebih taktis, tanpa kehilangan sisi dinamisnya. Andai Wenger Law benar-benar diterapkan secara utuh, ini akan jadi warna baru di sepak bola modern.
Indonesia yang liganya baru akan menggunakan VAR pun bisa sekalian menerapkan aturan offside versi baru. Benar-benar sebuah kebetulan.
Menariknya, Wenger Law seperti menjadi satu kilas balik, yang mengingatkan esensi sepak bola sebagai sebuah olahraga tim. Sehebat apapun seorang pemain, ia justru akan jadi titik lemah, jika tak bisa melebur dan ikut bermain sebagai sebuah tim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H