Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Saudi Pro League (Bukan) CSL Jilid II

4 Juli 2023   23:42 Diperbarui: 5 Juli 2023   07:32 1510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karim Benzema (tengah) resmi diperkenalkan sebagai pemain baru klub Liga Arab Saudi, Al Ittihad, pada Selasa (6/6/2023). (AFP/JORGE FERRARI via Kompas.com)

Meski terlihat ambisius, proyek Liga Saudi lebih tertata ketimbang CSL, karena berkaitan juga dengan program diversifikasi ekonomi pemerintah Saudi dalam program "Visi 2030" mereka.

Jadi, ini bukan sebatas gagah-gagahan dari sisi olahraga, karena memang ada uang yang ingin diputar di sana. Potensi ini antara lain ada dalam daya beli masyarakat setempat yang cukup besar, dan ingin coba dioptimalkan, sambil menarik mitra potensial dari luar.

Kebetulan, pemerintah Arab Saudi juga sedang berusaha mengganti citra ultrakonservatif menjadi liberal, antara lain dengan menghapus aturan-aturan lama yang cukup membatasi ruang gerak kaum perempuan.

Ini jelas berbeda dengan Tiongkok yang masih bermain "dua kaki" lewat pendekatan "sosialis secara ideologi, tapi cenderung liberal dalam hal cuan", karena meraup cuan sebanyak mungkin adalah koentji.

Dalam konteks sepak bola, pendekatan ini terbukti gagal diterapkan di CSL, karena aturan yang ditetapkan justru tak sinkron dengan ambisi awal. Benar-benar seperti menggali kubur sendiri.

Satu perbedaan lain yang cukup mendasar dari CSL dan Saudi Pro League adalah modal dasar dari segi level prestasi sepak bola nasional masing-masing. Meski terbilang kuat di sepak bola Asia, prestasi Arab Saudi dan Tiongkok sebenarnya cukup timpang.

Di tingkat benua, Tiongkok memang pernah dua kali masuk final Piala Asia (1984 dan 2004) tapi Arab Saudi sudah enam kali menjejak partai puncak Piala Asia dan memenangkan 3 diantaranya (1984, 1988 dan 1996).

Di tingkat dunia, Tiongkok memang pernah tampil di Piala Dunia 2002, tapi Arab Saudi sudah 6 kali tampil di Piala Dunia, dengan satu diantaranya lolos ke babak perdelapan final (1994).

Jadi, CSL dan Saudi Pro League pada dasarnya "serupa tapi tak sama", karena model dasar dan modal awal sepak bola nasional masing-masing sangat berbeda.

Ditambah lagi, Liga Saudi tak hanya menampung bintang veteran yang hampir pensiun, tapi juga bintang yang masih di usia puncak performa, seperti Ruben Neves (26), Roberto Firmino (31) dan Marcelo Brozovic (30).

Dengan kuota pemain asing yang masih berjumlah 8 orang per tim, ditambah paket gaji mewah, rasanya wajar kalau kompetisi di negara Timur Tengah ini terlihat menarik, dan bisa jadi opsi menarik untuk menjual pemain bagi sebagian klub Eropa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun