Sepak bola nasional belakangan sedang dalam mood positif. Setelah menuai kesan positif saat menghadapi Argentina di Jakarta di jeda internasional FIFA, Indonesia kembali mendapat kabar bagus. FIFA secara resmi menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17, Jumat (23/6) lalu.
Penunjukan ini tak lepas dari kesiapan infrastruktur di Indonesia, yang sebelumnya sudah bersiap menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, sebelum akhirnya terpaksa diganti dengan Argentina, menyusul politisasi berlebihan soal kedatangan Timnas Israel U-20.
Sebelumnya, FIFA menunjuk Peru sebagai tuan rumah, tapi negara Amerika Selatan itu belakangan mundur karena infrastruktur pendukung tidak siap.
Tentu saja, kabar ini jadi satu kesempatan baik untuk (setidaknya) mengurangi kerugian cukup besar pasca batalnya penyelenggaraan Piala Dunia U-20, yang mencapai triliunan rupiah.
Kebetulan, sama seperti Piala Dunia U-20, Piala Dunia U-17 juga melibatkan 24 negara peserta. Turnamen ini juga menjadi panggung besar pertama bagi pemain bintang sekelas Toni Kroos (Jerman) dan Cesc Fabregas (Spanyol).
Hanya saja, melihat dinamika situasi dan kondisinya, ada sedikit harapan yang muncul terkait kiprah Timnas U-17 Indonesia dan kemungkinan lain di sekitarnya.
Soal kiprah Timnas Indonesia U-17 di turnamen ini, ada baiknya PSSI tak membebani target terlalu muluk. Bukan karena Arkhan Kaka tak mampu, tapi karena persiapan tim ini jauh dari ideal.
Seperti diketahui, tim asuhan Bima Sakti itu secara efektif sudah dibubarkan sejak Oktober 2022 lalu, atau segera setelah tim juara Piala AFF U-16 itu gagal lolos ke Piala Asia, yang juga jadi kualifikasi Piala Dunia U-17 zona AFC.
Dengan penunjukan FIFA yang cukup mendadak, otomatis waktu persiapan tim akan sangat mepet.
Jika turnamen Piala Dunia U-17 digelar pada bulan November-Desember mendatang, Tim Garuda Muda hanya punya waktu persiapan efektif selama 3-4 bulan, yang sudah meliputi tahapan seleksi pemain dan pelatnas.
Kemungkinan adanya seleksi cukup terbuka, karena banyaknya pemain muda berbakat yang kerap tidak terpantau, dan kondisi tim yang sudah vakum cukup lama.
Selain itu, Timnas U-17 juga berpeluang menunjuk pelatih baru, dengan nama-nama lokal seperti Bima Sakti dan Indra Sjafri masuk daftar kandidat bersama Shin Tae-yong dan Dennis Wise (Inggris, pelatih Garuda Select).
Otomatis, jika berganti pelatih, ide taktik dan komposisi pemain akan berbeda, jadi perlu diseleksi dan disusun ulang dari awal.Â
Dengan demikian, seandainya Garuda Muda tidak jadi bulan-bulanan, bahkan mampu lolos dari fase grup, itu sudah bagus sekali, karena tim inj dipersiapkan seperti tahu bulat, digoreng dadakan.
Di luar urusan teknis, isu politis juga jadi titik rawan, karena waktu penyelenggaraan turnamen cukup berdekatan dengan penyelenggaraan Pemilu 2024.
Jika waktunya beriringan dengan masa kampanye, jangan sampai ini memicu kegaduhan baru, dan mengacaukan (lagi) kesempatan yang datang. Minimal, jangan ada lagi politisasi, karena Timnas Israel U-17 sudah pasti absen, karena tidak lolos kualifikasi zona UEFA.
Pada akhirnya, meski ini hanya turnamen kelompok umur, dan turnamen "level tiga" dalam piramida FIFA (setelah Piala Dunia senior dan Piala Dunia U-20) semoga semua berjalan lancar, dan kesempatan kedua dari FIFA ini bisa berdampak positif bagi sepak bola nasional.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI