Menyusul rilis resmi AFA (PSSI-nya Argentina) terkait jadwal tur Asia pada Senin (22/5) lalu, media dan publik sepak bola Indonesia terlihat bereaksi cukup antusias. Maklum, dalam rangkaian tur itu,
Albiceleste dijadwalkan bertanding melawan Indonesia.
Meski belum dikonfirmasi juga oleh PSSI, AFA dalam rilis resminya menyebut, pertandingan ini akan berlangsung di Jakarta. Sebelum ke Indonesia, Tim Tango akan bertanding melawan Australia di Beijing, Tiongkok.
Dengan kata lain, induk sepak bola Argentina itu secara tidak langsung mengkonfirmasi Stadion Utama Gelora Bung Karno sebagai venue, karena inilah satu-satunya stadion internasional di Jakarta yang benar-benar siap di berbagai aspek, termasuk aksesibilitas transportasi dan lalu lintas.
Berhubung perbedaan level kualitas timnya  lumayan jauh, tentu saja tidak banyak yang bisa diharapkan dari Tim Garuda, sekalipun baru saja meraih medali emas SEA Games 2023. Lawan tanding kali ini adalah juara Copa America dan Piala Dunia.
Jadi, lebih baik kita menikmatinya dalam sebuah anekdot. Bukan bermaksud meremehkan, ini hanya sebuah cara refleksi untuk membangun kesadaran.
Dalam hal peringkat FIFA saja, duel ini sudah terlihat jomplang. Indonesia memang sudah mencapai peringkat 150 besar FIFA, tapi Argentina adalah tim peringkat 1 dunia.
Diatas kertas, peluang Timnas Indonesia untuk imbang atau menang jelas sulit. Tanpa perlu menurunkan pemain kunci seperti Messi pun, kualitas pemainnya masih lebih unggul, karena mereka sudah kenal bola dan dilatih sejak bocah, dalam sistem pembinaan yang sudah mencetak banyak pemain kelas dunia.
Tapi, karena tur Asia ini adalah satu cara AFA menjaga dapur tetap ngebul, rasanya Messi akan tetap disertakan dalam tur. Kalau tidak bisa ribet.
Sudah rugi ongkos jalan, diprotes penonton juga. Apalagi, kalau penonton sudah ikut "perang perebutan tiket" seperti yang terjadi pada konser Coldplay.
Lagipula, kalau Si Kutu bermain penuh dan tampil memukau, itu justru bagus buat AFA (juga semua pihak terkait) karena mereka punya bahan konten yang sudah pasti akan viral ke seluruh dunia.
Ini Messi bos.
Tak perlu repot-repot promosi atau minta sokongan dana dari pemerintah Argentina yang sedang pusing dihantam krisis ekonomi, pemasukan dan tawaran dari sponsor kakap akan datang dengan sendirinya.
Andai mencetak banyak gol ke gawang Timnas Indonesia pun, rasanya siapapun kiper yang main tidak akan malu, karena yang membobolnya adalah salah satu pemain terbaik sepanjang masa. Malah, mereka bisa saja beruntung seperti Eloy Room, kiper Timnas Curacao.
Meski kebobolan 7 gol (termasuk 3 gol dari Messi) pada bulan Maret lalu, kiper kelahiran tahun 1989 itu tetap merasa bangga, karena bisa bertukar kaos dengan sang megabintang. Media dari seluruh dunia juga melihat momen ini sebagai satu momen penuh respek.
Saya yakin, siapapun yang bertukar kaos dengan legenda Barcelona itu, pasti akan diberitakan tujuh hari tujuh malam. Kalau perlu, mendapat trial atau rumor diminati klub top luar negeri.
Persis seperti saat Andik Vermansah bertukar kaos dengan David Beckham di Jakarta sedekade lalu. Sederhana, tapi terbukti ampuh.
Kalaupun tidak bermain penuh atau hanya  duduk manis di bangku cadangan, tetap saja daya tarik seorang Lionel Messi terasa spesial.
Tapi, rasanya pemain kidal ini akan tetap main di GBK, sesuai pesan sponsor, daripada kena penalti. Selain itu, sesi sambutan (misal sebagai tamu kehormatan negara) dan foto-foto sebelum kick off dengan Presiden Jokowi atau pejabat tinggi di Indonesia kemungkaran besar akan jadi agenda wajib.
Kapan lagi Messi akan ke GBK dalam kondisi prima dan bermain di laga resmi?
Kapan lagi Indonesia bertemu tim juara Piala Dunia tiga kali?
Pemain asal kota Rosario ini tentu tidak akan melewatkan kesempatan bermain di tim nasional, yang belakangan selalu membuatnya merasa nyaman, karena diperlakukan sangat istimewa.
Hitung-hitung healing dari keruwetan di PSG sambil jaga kebugaran jelang musim baru.
Pekerja kantoran saja butuh healing sejenak dari lingkungan kerja toksik, apalagi pemain bintang sekelas Messi. Healing sambil tetap menghasilkan cuan adalah satu paket yang terlalu mewah untuk ditolak.
Bonusnya, pemain kelahiran tahun 1987 ini juga akan menyamai catatan Cristiano Ronaldo dalam hal "pernah berkunjung ke Indonesia", bahkan sedikit melampaui bintang Portugal itu, karena ia akan main di laga ujicoba internasional FIFA.
Tapi, berhubung bola itu masih bundar dan belum berbentuk kotak, tentu saja peluang Timnas Indonesia untuk menang atau imbang masih ada, walau ujudnya seperti sinyal internet di musim hujan.
Walau terdengar seperti khayalan, andai hasil imbang saja mampu diraih, rasanya pemerintah perlu memberikan hari libur nasional dan bonus untuk tim, karena mereka meraihnya atas tim juara Piala Dunia dan Copa America.
Tak harus memberi mobil mewah seperti pemerintah Arab Saudi. Minimal, ada apresiasi layak, termasuk jika ada yang cetak gol, karena satu hasil ini bisa memberi impresi positif di mata dunia, ditengah segala drama yang ada.
Diluar itu semua, semoga perjumpaan anak asuh Lionel Scaloni dan Shin Tae-yong di Jakarta bebas dari politisasi berlebihan, supaya kegembiraan di masyarakat tidak rusak.
Berapapun skornya, semoga Messi ikut main dan mencetak gol, supaya memori perjumpaan pertama Argentina dan Indonesia di level senior bisa semakin sempurna.
Yakarta est cerca (Jakarta sudah dekat), Leo!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H