Tapi, diantara sisi muram itu, ada beberapa hal yang jadi sisi positif. Pertama, publik sepak bola nasional bisa teredukasi soal bahaya politisasi. Kedua, publik sepak bola nasional bisa melihat, Piala Dunia U-20 hanya turnamen kelompok umur.
Di luar penonton negara tuan rumah, animonya jelas tidak sebanding dengan Piala Dunia senior. Seperti lazimnya turnamen kelompok umur, ini hanya bagian dari proses pembinaan pemain muda, dan arena pencarian bakat potensial, khususnya bagi klub top Eropa.
Dari sejarahnya, turnamen besutan FIFA ini memang mengorbitkan pemain hebat macam Diego Maradona, Lionel Messi, Paul Pogba dan Erling Haaland. Tapi, mereka tampil di turnamen ini sebagai bakat yang belum matang sempurna.
Levelnya jelas beda dengan Piala Dunia senior, yang memang mempertemukan pemain-pemain jadi. Boleh dibilang, Piala Dunia U-20 adalah arena bagi para calon bintang, sementara Piala Dunia adalah arena para bintang.
Sisi positif ketiga adalah, dengan adanya edukasi soal bahaya politisasi dan posisi asli Piala Dunia U-20, publik sepak bola nasional dan masyarakat Indonesia secara umum juga diajak untuk lebih rasional. Bukan hanya soal pesta politik 2024, tapi juga soal bagaimana melihat prioritas.
Soal prioritas menjadi satu garis bawah, karena pertandingan Dunia U-20 edisi 2023 rata-rata digelar mulai dini hari WIB. Waktu yang seharusnya digunakan untuk istirahat.
Jelas, orang cenderung akan memilih tak menonton, karena ini hanya turnamen kelompok umur. Toh Indonesia juga tak ikut bermain.
Lagipula, dari edisi ke edisi, level daya tarik Piala Dunia U-20 dan Piala Dunia senior tak sebanding. Daya tariknya juga tak terlalu istimewa, karena digelar tiap dua tahun sekali, bukan empat tahun sekali.
Di sisi lain, Piala Dunia U-20 di Argentina juga menjadi satu pelajaran berharga bagi pemegang hak siar, khususnya di Indonesia. Meski punya potensi dan nilai jual menarik, tingkat ketidakpastian tinggi membuat dagangan hak siar Piala Dunia U-20 di Indonesia seperti sebuah taruhan besar.
Kalau lancar untung besar, kalau tidak rugi bandar. Apesnya, rugi bandar-lah yang tampaknya didapat karena Indonesia batal jadi tuan rumah.
Terlepas dari rasa sakit yang mungkin masih ada, Piala Dunia U-20 jelas menjadi satu paket pengalaman mahal buat semua pihak yang berkepentingan.