Seperti diketahui, pada musim lalu kedua tim juga bertemu di semifinal, dalam dua leg yang alot dan dramatis. Pada prosesnya, City sempat unggul sebelum akhirnya kena comeback. Sebuah kekalahan traumatis, sekaligus tantangan terbesar menuju final di Istanbul.
Jika mampu mengatasi trauma kekalahan, kemenangan atas Los Blancos bisa menjadi satu penegasan kalau "Treble Winner" bukan sebatas mimpi. Ini adalah sejarah yang ingin coba mereka ciptakan.
Di sisi lain, meski banyak dikritik karena cenderung instan, keberadaan klub-klub ambisius ini jadi satu "counter" menarik buat klub-klub raksasa tradisional, yang sejak lama membangun superioritas dari sejarah panjang mereka.
Disebut demikian, karena klub-klub tradisional itu sangat membanggakan sejarah (yang sebenarnya sudah usang dalam konteks kekinian) tapi kadang lupa memperbarui lewat prestasi di masa kini dan visi untuk masa depan.
Celah inilah yang coba dimanfaatkan klub-klub ambisius untuk membangun sejarah mereka sendiri, sekaligus menaikkan kelas mereka, sambil coba merancang target untuk masa depan.
Menariknya, dari klub-klub ambisius inilah, kita bisa melihat, sejarah bukan hanya sesuatu yang tinggal di masa lalu. Ia adalah sebuah warisan di masa kini, sekaligus bekal untuk masa depan.
Jadi, tak ada alasan untuk terlena dengan kebesaran di masa lalu, karena di balik sisi dinamisnya, masa depan juga punya sisi kejam dan penuh ketidakpastian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H