Tim yang kebanyakan diisi pemain Timnas U-23 Singapura ini terintegrasi dengan National Football Academy (NFA, mirip Diklat Salatiga di sepak bola nasional zaman dulu) dan hanya merekrut pemain asing yang ingin dinaturalisasi atau punya kesempatan membela Timnas Singapura di masa depan.
Di Filipina, PFF (PSSI-nya Filipina) merintis Azkals Development Team pada tahun 2019, sebagai langkah persiapan jelang SEA Games 2019. Tim yang awalnya hanya bermain di Copa Paulino Alcantara 2019 ini rutin bermain di Philippines Football League (PFL) sejak 2020.
Pendekatan mirip tapi berbeda diterapkan LFF (PSSI-nya Laos) yang mengumpulkan mayoritas pemain Timnas senior Laos di Young Elephant FC, tim kompetisi kasta tertinggi Liga Laos, dengan tim U-23 klub itu berlaga di kompetisi kasta kedua.
Dengan sudah jamaknya strategi "menitipkan" pemain tim nasional di klub (setidaknya di Asia Tenggara) dan rekam jejak di masa lalu, rencana PSSI menitipkan pemain di Bhayangkara FC menjadi satu hal menarik.
Di sini, PSSI tampak mulai berpikir lebih luas, karena tak hanya berpikir soal pentingnya menit bermain, mereka juga mulai berpikir soal kesempatan karier pemain, khususnya yang ingin menjadi abdi negara.Â
Maklum, karier sebagai pemain bola masa edarnya relatif lebih pendek, dan tidak semua bisa lanjut ke dunia kepelatihan. Â
Tentu saja ini bagus, karena potensi manfaatnya lebih besar, tapi masih bisa lebih optimal jika posisi Bhayangkara FC sebagai sebuah klub sepak bola juga diberdayakan untuk mencari bakat pemain dari seluruh Indonesia.
Selebihnya tinggal bagaimana program ini dimatangkan, supaya bisa bermanfaat lebih luas, kompetitif sebagai tim, dan tak menimbulkan kecemburuan bagi klub lain di liga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H