Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Chelsea dalam Silang Sengkarut

19 April 2023   23:57 Diperbarui: 23 April 2023   08:25 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul di atas mungkin terdengar agak keras, khususnya bagi suporter Chelsea, yang tim kesayangannya baru saja memastikan diri absen di Liga Champions musim depan. Tapi, inilah gambaran sederhana situasi terkini tim.

Seperti diketahui, Si Biru secara mengejutkan tersesat di papan tengah Liga Inggris. Di Eropa, tim juara Liga Champions dua kali itu sebenarnya mampu melangkah ke babak perempat final, tapi pengalaman dan efektivitas Real Madrid membuat mereka takluk agregat 0-4.

Dengan demikian, tim dari kota London ini masih belum meraih kemenangan bersama pelatih interim Frank Lampard. Catatan empat kali kalah dan hanya mencetak satu gol jelas menunjukkan, ada banyak masalah di sini.

Soal progres, memang ada sedikit kemajuan, tapi itu masih lambat sekali. Serangan sedikit lebih hidup, tapi masih buntu; pertahanan mulai terkoordinasi tapi belum cukup kuat saat menghadapi serangan balik atau lawan yang bermain efektif.

Dari segi materi pemain, sebenarnya tim berkostum biru ini sudah punya sejumlah pemain bagus, baik yang sudah berpengalaman juara Liga Champions musim 2020-2021 maupun pemain mahal yang baru bergabung di musim 2022-2023.

Soal pemain yang baru bergabung, rata-rata berprofil lumayan, bahkan ada yang diproyeksi untuk jangka panjang. Ada Mykhailo Mudryk, bintang generasi terkini Timnas Ukraina, Enzo Fernandez yang juara Piala Dunia 2022, Kalidou Koulibaly yang selama bertahun-tahun jadi pilar Napoli, dan masih banyak lagi.

Dengan gelontoran dana lebih dari 600 juta pounds, biasanya sebuah tim akan terlihat menjanjikan, karena belanja besar-besaran biasanya merupakan satu langkah pembaruan yang cukup menjanjikan. Itu kalau semua serba terencana dan ada ide kongkret.

(Theguardian.com)
(Theguardian.com)

Masalahnya, Chelsea yang sekarang bukan Chelsea milik Roman Abramovich yang ambisius dan tertata rapi. Meski sering berganti pelatih, Chelsea era taipan Rusia itu tetap mampu menghadirkan kestabilan, karena punya jajaran tim teknis yang solid.

Ada negosiator, direktur teknik, sampai tim pencari bakat, yang semuanya bekerja secara padu. Makanya, beragam prestasi bisa diraih, dan transfer yang ada masih lebih efektif dari era kekinian.

Ada flop, tapi hanya sebagian kecil, dan itu mampu ditutup sempurna oleh transfer sukses. Saking padunya, Chelsea era Roman mungkin bisa dikatakan semi-autopilot, karena mereka tidak tergantung pada filosofi satu-dua orang pelatih.

Bodo amat dengan filosofi, yang penting hasil di lapangan bagus. Tidak bagus, tinggal ganti pelatih.

Keterpaduan dan koordinasi ini belakangan menjadi satu hal yang hilang sejak kedatangan Todd Boehly dan kolega. Ada ambisi, tapi tak ada "support system" dan arah yang jelas.

Meski berbelanja sangat banyak, ketiadaan arah ini telah membuat Chelsea seperti seorang yang pertama kali bermain "Football Manager": kalap belanja pemain, tapi kebingungan saat harus meracik strategi, akibat punya tim yang gemuk.

Hasilnya, jangankan menang, mencetak gol saja sulit. Memang, tim ini sudah mulai bisa membuat banyak peluang, tapi masih belum efektif.

Kekacauan ini terbukti mampu menggerus kepercayaan diri tim, dan membuat para pemain seperti kebingungan. Tidak ada lagi tim yang lapar, karena Thiago Silva dkk hanya terlihat seperti sebuah tim yang bermain seadanya.

Satu situasi yang cukup logis, karena dalam musim 2022-2023, kubu Stamford Bridge ganti pelatih sampai 4 pelatih dalam satu musim, dengan perubahan taktik cukup drastis; dari pragmatis ke atraktif lalu kembali ke pragmatis, dengan sedikit lebih menyerang. Seperti komedi putar saja.

Dengan kekacauan yang ada dan jadwal pertandingan tersisa, Chelsea jelas berada di posisi sulit. Penyebabnya, sebagian besar lawan mereka cukup berat.

Ada Manchester United yang belakangan jago kandang, Arsenal dan Manchester City yang sedang berburu titel Liga Inggris, Newcastle United yang sedang berburu tiket Eropa, dan Brentford si spesialis kejutan.

Dua lawan lain, yakni Bournemouth dan Nottingham Forest di atas kertas bisa diatasi, tapi mereka tak bisa diremehkan, karena sedang berusaha lolos dari zona degradasi.

Jadi, Frank Lampard harus segera menemukan formula tepat untuk timnya, supaya tak nyasar di zona merah. Kalau sampai tak ada perbaikan, turun kasta tidak mustahil terjadi, dan akan jadi satu memori kelam dalam sejarah klub, karena mereka sudah menghabiskan lebih dari 600. Juta pounds.

Andai gagal memperbaiki keadaan, ada sebuah ironi akan hadir secara sempurna: tim yang biasanya mengejar tiket ke kompetisi Eropa, kini sedang berjuang lolos dari degradasi, dengan bermateri pemain mahal.

Akankah tren negatif Chelsea ini berakhir dalam waktu dekat?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun