Tidak ada demo atau surat edaran Gubernur Bali, apalagi pembatalan acara. Padahal, inilah kesempatan mereka bicara soal solidaritas pada Palestina, langsung ke politisi di parlemen Israel. Inilah pihak yang seharusnya ditolak, bukan tim sepak bolanya.
Terlepas dari beragam argumentasi yang ada, kegaduhan yang ada justru jadi memalukan, karena ada politisi oportunis yang dengan cerobohnya membonceng keadaan tapi tidak pada tempatnya.
Turnamen sekelas Piala Dunia U-20 adalah turnamen tingkat dunia. Otomatis, siapapun yang jadi tuan rumah harus siap menerima peserta yang lolos kualifikasi dari seluruh penjuru dunia, termasuk Israel. Ini konsekuensi yang tidak bisa ditawar.
Kalau memang menolak, kenapa tidak dari saat proses tender dulu? Kenapa Indonesia dulu ngotot mencalonkan diri sebagai tuan rumah?
Yang membuat situasi terlihat semakin memalukan adalah, pemerintah sudah menggelontorkan dana sampai triliunan rupiah untuk persiapan dan pendanaan di berbagai aspek, sebelum akhirnya terancam kembali batal. Sebelum ini, turnamen Piala Dunia U-20 di Indonesia sempat batal digelar tahun 2021, karena pandemi.
Sudah keluar uang banyak, tapi terancam mubazir karena batal digunakan sampai dua kali. Benar-benar memalukan. Seluruh dunia melihat semua kekacauan ini.
Lebih jauh, kalau sampai Indonesia batal jadi tuan rumah Piala Dunia U-20, harapan untuk bisa jadi tuan rumah di event dunia seperti Olimpiade atau Piala Dunia juga akan lenyap, karena sudah ada nilai minus berupa "blacklist" dari FIFA dan IOC, akibat dinilai bersikap diskriminatif dan tidak profesional.
Bukan apa-apa, ini soal reputasi. Sekali rusak, tidak mudah untuk memperbaiki, karena seluruh dunia tahu, dan ini akan jadi cerita memalukan buat generasi selanjutnya.
Soal sikap, pendekatan yang diambil oknum-oknum pembuat gaduh ini juga memalukan, karena mereka bicara soal solidaritas pada Palestina yang nun jauh di seberang lautan, tapi pura-pura tidak tahu pada masalah persekusi terhadap kelompok agama minoritas di negeri sendiri, yang belum kunjung berhenti.
Padahal, dalam konteks sudut pandang "permusuhan" yang sama, Amerika Serikat dan Iran saja masih bisa bertanding di satu lapangan, pada fase grup Piala Dunia 2022 lalu.
Masih di turnamen yang sama, Qatar juga menerima dengan baik rombongan tim Arab Saudi dan Iran. Meski hubungan diplomatik mereka terbilang panas-dingin, nyatanya tak ada masalah.