Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Childfree di Indonesia, dalam Irisan Budaya dan Logika Kekinian

11 Februari 2023   23:53 Diperbarui: 11 Februari 2023   23:56 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Itu baru biaya, belum termasuk beragam potensi masalah lain seperti kesehatan fisik dan mental yang sudah pasti sangat melelahkan, kadang juga butuh biaya ekstra.

Sampai di sini, bisa dipahami mengapa  childfree bisa jadi satu pilihan sikap yang diambil. Bukan hanya pada mereka yang menikah, tapi juga pada mereka yang memutuskan tidak menikah.

Sebagai satu pilihan sikap, sebenarnya ini bukan satu kesalahan, karena memang jadi  bagian dari keseimbangan: ada orang yang memang ingin punya anak, ada yang tidak.

Kalau menikah tapi memilih sepakat untuk tidak ingin punya anak pun, sebenarnya tidak salah. Apalagi, kalau pernikahan tersebut sudah sah secara hukum legal dan agama. Toh, mereka sudah jujur soal ketidaksiapan punya anak.

Satu lagi, keputusan childfree karena memang tidak ingin punya anak seharusnya juga bisa jadi pembelajaran mental, khususnya buat mereka yang ingin punya anak.

Selain siap secara finansial, kesiapan secara mental seharusnya juga jadi satu perhatian penting saat memutuskan ingin punya anak.

Kesiapan mental ini penting, karena akan berpengaruh pada baik-buruknya perilaku si anak. Orang tua yang siap mental untuk punya anak tidak akan memandang anak sebagai trofi berjalan atau investasi, tapi sebagai sebuah tanggung jawab.

Lebih baik punya anak sedikit tapi dibiayai dan dididik seperti seharusnya oleh orang tua yang siap luar-dalam, daripada banyak anak tapi tak terurus. Anak bukan semata soal jumlah, tapi soal seberapa berkualitas dia sebagai seorang manusia.

Jadi, kalau siap menikah tapi tidak siap mental punya anak, jangan salahkan siapapun kecuali pasangan itu sendiri, karena ketidaksiapan mereka justru bisa jadi awal munculnya generasi "rusak" yang bisa jadi akan semakin ambyar di masa depan.

Sudah ada banyak anak tidak bersalah ditelantarkan bahkan jadi korban hanya karena orangtuanya (ternyata) tidak siap mental dan biaya untuk punya anak. Mau sampai kapan?

Keputusan dan pandangan soal childfree baru menjadi satu kesalahan, jika itu dipaksakan menjadi satu kebenaran. Masyarakat yang majemuk jelas akan menolak satu pembenaran sepihak, apalagi kalau ada dikotomi baik-buruk, benar-salah atau semacamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun