Kebetulan, FIFA sendiri juga sedang berupaya membangun citra positif di era Gianni Infantino, setelah dihajar badai skandal di era Sepp Blatter yang lumayan problematik.
Inilah "sinyal" yang seharusnya bisa ditangkap seluruh voters, karena diantara semua kandidat, Erick-lah yang sudah beraudiensi langsung dengan FIFA, dan lebih dulu mengetahui soal rencana transformasi sepak bola nasional.
Pada tahap pemilihan Ketum PSSI Inilah, rencana kolaborasi pemerintah dan FIFA mulai memasuki tahap awal  eksekusi. Jika Erick Thohir terpilih, tahap lanjut eksekusi rencana itu bisa lebih lancar.
Menariknya, kandidat Ketum atau Exco PSSI yang lain juga bisa jadi mitra kolaborasi, dengan keahlian masing-masing.
Doni Setiabudi misalnya, bisa membantu proses penggunaan VAR di Indonesia. Arif Putra Wicaksono selaku CEO Nine Sport Inc juga bisa menjembatani kerjasama PSSI dengan klub atau Timnas Eropa, seperti yang sudah dilakukannya dengan KNVB (PSSI-nya Belanda) beberapa tahun lalu.
Dari kandidat Waketum dan Exco, ada Ratu Tisha Destria yang sebelumnya pernah menjadi Sekjen PSSI dan cukup sukses. Ada juga Raffi Ahmad (bos RANS Nusantara FC) yang populer di masyarakat dan punya jejaring luas.
Jadi, jika semua berjalan lancar, maka transformasi sepak bola nasional bisa mulai diwujudkan. Tapi, transformasi ini harus punya keberlanjutan, dan bebas dari  orang-orang "lama" (terutama yang bermasalah).
Jika tidak, sepak bola nasional akan semakin tertinggal, karena transformasi yang coba diupayakan tidak benar-benar dijalankan.
Akankah sinergi ini terwujud?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H