Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Surat Terbuka untuk Vidio

19 Desember 2022   14:24 Diperbarui: 19 Desember 2022   14:52 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya, saya mohon maaf kalau apa yang saya tulis di sini akan terasa kurang enak dibaca. Tapi, ini tetap perlu saya sampaikan, karena terjadi di momen langka, yakni Final Piala Dunia 2022.

Seperti diketahui, untuk event empat tahunan ini, Vidio selaku penyiar resmi sudah berpromosi sejak jauh hari, dan menghadirkan paket khusus Piala Dunia 2022. Soal harga, harganya relatif terjangkau, dan cukup fleksibel, karena bisa diakses di TV Digital, ponsel maupun laptop.

Sebelum Piala Dunia 2022, saya sudah lebih dulu membeli paket tayangan streaming berbayar Liga Inggris selama setahun, dengan harga di kisaran angka ratusan ribu rupiah. Karena sebelumnya relatif lancar, dan ada dana untuk itu, saya berani membeli paket tayangan streaming Piala Dunia 2022.

Kebetulan, meski di rumah saya sudah memakai tv digital, antenanya masih analog. Jadi, paket streaming ini cukup membantu. Nonton bola atau yang lain lancar, setidaknya sampai antena televisi baru nanti datang.

Masalahnya, pada saat berlangsungnya final Piala Dunia 2022, antara Minggu (18/12, malah WIB) sampai Senin (19/12, dinihari WIB) siaran di platform streaming Vidio bermasalah. Pada aplikasi ponsel, sering muncul pemberitahuan seperti pada gambar di atas, sementara itu, di tv digital tayangan gambarnya berkali-kali hilang.

Apa boleh buat, pertandingan antara Prancis Vs Argentina yang berjalan seru jadi terasa hambar. Meski masih kebagian gol-gol yang tercipta selama 120 menit dan momen adu penalti, rasanya sangat menjengkelkan.

Bagaimana tidak, koneksi internet lancar, tapi siarannya malah putus sambung. Rasanya seperti nonton streaming kelas gratisan, padahal ini berbayar. Jadinya, seperti streaming berbayar dengan kualitas kelas platform gratisan atau ilegal.

Dalam pantauan saya di media sosial,  keluhan sampai hujatan sebagian warganet pengguna aplikasi Vidio bahkan sempat jadi trending topic di Twitter. Pihak Vidio sendiri juga mengakui, ada masalah, kemungkinan karena "overload" atau sejenisnya.

Oke, ini terjadi pada final Piala Dunia yang memang menjadi salah satu tayangan paling menarik perhatian. Jika tak sempat,  bisa nonton cuplikan atau tayangan ulang di lain waktu.

Tapi, pihak pengelola Vidio seharusnya bisa menyadari, pertandingan spesial seperti ini akan lebih nikmat jika ditonton pada saat siaran langsung, bukan siaran ulang. Percuma ada siaran ulang kalau hari berikutnya harus kerja dan ada pemadaman bergilir dari PLN, seperti biasa terjadi di musim hujan.

Jelas, sajian yang sudah basi akan semakin tidak enak, sekalipun digoreng ulang sampai ratusan kali.

Apalagi, final Piala Dunia 2022 adalah puncak acara dari event yang selama ini rajin dipromosikan. Apa jadinya kalau sajian utama justru jadi bagian paling bermasalah?

Kekurangannya memang cuma di satu pertandingan, tapi itu justru fatal, karena terjadi di final. 

Sebagai penyiar resmi, Anda seharusnya paham dan mempersiapkan semuanya dengan baik. Bukan hanya promosi dan minta maaf saat ada gangguan teknis sampai berulang-ulang.

Soal dimaafkan atau tidak, saya sendiri memilih untuk memaafkan, karena waktu tak bisa diputar ulang. Lagipula, percuma kalau waktunya diputar ulang, tapi masalahnya sama.

Jengkelnya dua kali lipat.

Soal bagaimana pandangan pengguna lain, itu urusan Anda dan mereka, bukan saya.

Suka atau tidak, gangguan teknis di acara seperti Final Piala Dunia 2022 adalah satu hal yang bisa jadi memori kurang mengenakkan. Yang jagoannya menang jadi kurang bisa menikmati momennya, sementara yang kalah semakin jengkel.

Saya sendiri sebenarnya senang, karena tim yang saya jagokan sejak awal turnamen jadi juara. Senang juga karena akhirnya bisa melihat Messi mengangkat trofi Piala Dunia.

Sayang, kesenangan itu agak rusak, karena gangguan teknis berulang saat menonton final. Pertandingan yang seru jadi terasa hambar. Apesnya, siaran ulang juga tidak bisa ditonton sampai tuntas, gara-gara ada pemadaman listrik.

Berhubung masalah ini berkaitan dengan hak konsumen, dan fungsi edukasi terkait siaran streaming digital, sebaiknya  kompensasi dan perbaikan kualitas perlu disegerakan.

Jika siaran streaming digital yang berbayar dan legal kualitasnya setara, bahkan lebih buruk dari yang gratisan atau ilegal, jangan salahkan siapapun selain Anda sendiri, kalau lebih banyak orang yang memilih versi gratisan atau ilegal.

Tanpa ada perbaikan dan niat untuk mengedukasi masyarakat di era tv digital, kekurangan ini bisa membuat platform streaming gratisan tumbuh subur.

Persetan dengan aspek keamanan, yang penting gratis dan tidak beli kucing dalam karung seharga ratusan ribu rupiah.

Apa memang mau seperti itu?

Kalau melihat tujuan digitalisasi TV oleh pemerintah, seharusnya aspek keamanan dan kualitas jadi perhatian utama. Soal harga, selama masih masuk akal dan kualitasnya oke, masyarakat pasti tidak keberatan.

Masyarakat sudah lebih sadar soal kualitas, dan di era "Customer Oriented" seperti sekarang, Anda pasti tahu, seseram apa efek penilaian negatif konsumen soal produk atau jasa di era kekinian.

Anda seharusnya menyadari, jadi penyiar resmi event besar adalah sebuah tanggung jawab besar. Di balik manfaat ekonomi yang bisa didapat, ada reputasi yang dipertaruhkan, karena berkaitan dengan hak konsumen (dalam hal ini penonton) dan kepercayaan mereka.

Selama itu tidak disadari dan Anda tetap merasa semua baik-baik saja, jangan kaget kalau di masa depan nanti, banyak konsumen yang tidak kembali.

Btw, thanks for this memory, Vidio.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun