Bicara soal kunjungan klub luar negeri ke Indonesia, ada banyak cerita cukup berkesan, seperti halnya ragam tim yang datang. Meski hanya bertajuk tur, selalu ada hal positif yang layak diingat, tak peduli berapapun skor akhir pertandingan.
Indonesia sendiri dianggap sebagai satu lokasi potensial di Asia Tenggara, dan ternyata punya rekam jejak panjang soal kunjungan tim luar negeri.
Dari Eropa misalnya, kunjungan klub-klub Liga Inggris seperti Arsenal, Chelsea dan Liverpool disambut meriah. Begitu juga saat PSV Eindhoven (Belanda), AC Milan, Juventus, AS Roma dan Inter Milan (Italia), Bayern Munich, Borussia Dortmund, Hamburg SV dan Eintracht Frankfurt (Jerman).
Untuk level Timnas, kita tentu masih ingat, seberapa besar animo masyarakat, ketika Timnas Belanda datang ke Indonesia tahun 2013 silam. Meski kalah 0-3, pertandingan ini masih menyisakan kesan positif hinga kini.
Beralih ke benua Amerika, sejarah mencatat, ada Santos FC (Brasil) yang di tahun 1970-an pernah mampir ke Indonesia kala masih diperkuat Pele. Ada juga kunjungan LA Galaxy (Amerika Serikat) yang diwarnai momen tukar kaos antara David Beckham dan Andik Vermansah tahun 2011.
Semua cerita tersebut memang berkesan, tapi ada dua cerita kurang mengenakkan, seputar kunjungan klub luar negeri ke Indonesia. Cerita pertama datang dari Manchester United (2009) dan cerita kedua datang dari Borussia Dortmund (2022).
Secara garis besar, kunjungan kedua tim ini sama-sama dibatalkan karena alasan keamanan. Manchester United batal berkunjung, karena ada aksi terorisme di Jakarta.
Sebagai gantinya, tim yang kala itu diasuh Sir Alex Ferguson memperpanjang waktu kunjungan dan menambah jadwal bertanding mereka di Malaysia.
Sementara itu, Borussia Dortmund memutuskan batal ke Indonesia, menyusul imbas Tragedi Kanjuruhan. Sebelum merilis keputusan ini pada Senin (31/10) Si Kunimg Hitam sedianya dijadwalkan melakoni laga persahabatan melawan Persib Bandung dan Persebaya Surabaya.
Keputusan ini diambil manajemen Dortmund, setelah berkoordinasi dengan pemerintah Indonesia dan pihak-pihak terkait.
Sebagai gantinya, tim Bundesliga Jerman itu memilih Malaysia sebagai tujuan alternatif, dengan Johor Darul Takzim sebagai lawan tanding. Selain Malaysia, mereka juga akan menyambangi Vietnam dan Singapura.
Untuk ukuran Indonesia, kerawanan ini mungkin belum dianggap serius, setidaknya sampai kejadian fatal seperti Tragedi Kanjuruhan (2022) dan aksi terorisme (2009) itu terjadi.
Tapi, buat klub seperti Dortmund dan Manchester United, yang enggan kompromi soal aspek keselamatan bersama, kekurangan pada aspek ini akan jadi kelemahan fatal.
Ketika itu benar-benar terjadi, prinsip "safety first"-lah yang dijalankan. Meski akibatnya bisa membuat banyak fans kecewa, keselamatan tim jauh lebih penting daripada cuan.
Keputusan Dortmund dan cara berpikir mereka mungkin jadi satu kabar buruk lainnya buat sepak bola nasional, setelah sebelumnya ratusan orang jadi korban di Malang.
Inilah satu kekurangan yang akhirnya terkuak, dibalik kurangnya daya tarik klub atau tim luar negeri berkunjung ke Indonesia. Untuk wilayah Asia Tenggara, Singapura, Malaysia dan Thailand terbukti masih lebih menarik dan relatif aman, begitu juga dengan Vietnam, yang belakangan terus berkembang.
Soal potensi dan animo suporter, mungkin Indonesia terlihat menarik. Dua hal ini juga jadi "jualan" paling umum yang selalu ditampilkan.
Tapi, Tragedi Kanjuruhan secara menyakitkan justru telah membuka kelemahan sangat fatal yang ada: oknum suporter fanatik yang kurang tertib, koordinasi antarpihak yang payah, ditambah aspek keamanan dan keselamatan yang sering harus mengalah demi cuan.
Semua kelemahan ini jelas akan semakin fatal jika tidak diperbaiki. Maka PSSI, pemerintah dan pihak-pihak terkait perlu segera membenahi semuanya, supaya semua potensi yang selama ini digembar-gemborkan tidak berakhir jadi pepesan kosong.
Sebagus apapun potensinya, selama masih ada kelemahan fatal di dalamnya, percuma saja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI