Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Perlunya Membumikan Kampanye Lingkungan Hidup

19 Oktober 2022   08:45 Diperbarui: 19 Oktober 2022   20:55 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (iStockphoto.com)

Sebagus apapun maksudnya, percuma kalau gaya komunikasinya kurang baik, dan tidak bisa diterima semua audiens. Ini sudah terlalu sering terjadi di masa lalu, dan akan sangat bodoh kalau terus diulang.

Lalu, apa yang sebaiknya perlu dilakukan?

Video di atas mungkin bisa jadi alternatif menarik dalam kampanye lingkungan hidup. Ada tren kekinian dalam bentuk kebiasaan "healing" ke tempat wisata alam, yang dipadukan dengan kearifan lokal dalam bentuk bahasa daerah dan bahasa Indonesia.

Di luar permainan kata "healing" dan "hilang", plus pergantian situasi latar cukup kontras, ada satu fenomena dalam wujud budaya negatif yang ikut dipotret, yakni perilaku negatif oknum wisatawan di Indonesia.

Seperti diketahui, negeri ini punya banyak potensi wisata alam yang menarik dan eksotis. Secara nilai ekonomi, potensinya sangat besar.

Jika bisa digarap dengan baik dan viral, cuan sudah pasti datang. Semakin viral, semakin bagus.

Sayangnya, karena perilaku oknum wisatawan yang kurang tertib, keindahan itu sering rusak dengan cepat.

Ada kebun bunga viral yang rusak karena terinjak-injak. Ada pantai eksotis yang dipenuhi tumpukan sampah, dan masih banyak lagi.

Apa boleh buat, semua keindahan dan eksotika yang sudah ada jadi rusak. Jika dibiarkan saja, lokasi "healing" pun lama-lama bisa hilang.

Kalau sudah hilang, tak akan ada lagi tempat "healing" untuk dikunjungi. Tak ada lagi manfaat ekonomi yang bisa diandalkan, khususnya oleh masyarakat setempat. Jika kerusakan lingkungannya sudah parah, masyarakat setempat akan tercerabut dari akarnya, akibat dipaksa meninggalkan daerah asalnya.

Miris kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun