Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Sisi Lain Polemik "Standar FIFA" JIS

13 September 2022   13:54 Diperbarui: 13 September 2022   19:46 1594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
JIS, kembali jadi sorotan| Dok Instagram @jakintstadium via Tribunnews.com

Dalam beberapa hari terakhir, polemik soal kelayakan dan label kualitas Jakarta International Stadium mengemuka. Setelah sempat dijadikan kandidat venue laga uji coba internasional FIFA melawan Curacao, stadion yang belum lama diresmikan ini belakangan dicoret.

Salah satu penyebabnya, PSSI menilai stadion ini belum memenuhi standar FIFA. Jelas, pernyataan ini membuat sebagian pecinta sepak bola nasional bereaksi.

Reaksi itu makin menjadi, setelah sejumlah pihak mengaitkan ini dengan rencana Iwan Bule, sang Ketum PSSI, untuk mencalonkan diri sebagai gubernur Jawa Barat. Kebetulan, untuk laga melawan Curacao, dua kandidat venue berada di Jawa Barat, yakni Stadion Gelora Bandung Lautan Api dan Stadion Pakansari Kabupaten Bogor.

Terlepas dari aroma politis yang tercium, sebenarnya stadion yang berada di Jakarta Utara ini memang bermasalah dari sisi kelayakan. Kelayakan yang saya maksud di sini bukan dari lapangan, lampu atau bagian dalamnya, tapi lebih ke masalah fasilitas pendukung, kapasitas, dan aksesibilitas.

Dalam hal fasilitas pendukung, stadion berkapasitas 80 ribu penonton ini hanya didukung lahan parkir berkapasitas maksimal 800-1200 mobil atau bus. Untuk ukuran stadion sebesar ini, jumlah itu jelas kurang.

Ditambah lagi, akses jalan menuju Stadion JIS hanya berukuran lebar 12 meter, bukan jalan raya, dan terletak di dekat pemukiman padat penduduk. Jadi, bisa dibayangkan seperti apa situasi saat penonton keluar masuk stadion.

Dalam hal aksesibilitas transportasi, belum ada jangkauan rute transportasi umum di dekat stadion. Meski letaknya tak jauh dari kawasan wisata Ancol, stadion ini ternyata belum terkoneksi ke sana.

Sebagai perbandingan, Gelora Bung Karno yang berkapasitas 77 ribu penonton saja punya lahan parkir luas, dilengkapi dengan aneka fasilitas pendukung, termasuk akses transportasi umum di sekitar stadion.

Dari segi akses jalan pun, GBK dikelilingi jalan raya Jenderal Sudirman dan Asia Afrika yang berukuran lebar 40 meter. Jadi, meski banyak penonton keluar masuk, lalu lintas di sana masih bisa diatur.

Sementara itu, dari segi kapasitas, angka 80 ribu penonton mungkin terlihat keren, tapi angka ini terkesan dipaksakan. Disebut demikian, karena pada konsep awalnya, stadion ini ternyata dirancang dengan kapasitas ideal 50 ribu penonton, dengan lahan kosong, termasuk kapasitas tempat parkir cukup luas dan dukungan rute akses transportasi umum.

Alhasil, stadion yang awalnya diplot menjadi pengganti Stadion Lebak Bulus (kini menjadi lokasi Depo MRT Jakarta) ini justru terlihat aneh. Megah bangunannya, bagus lapangannya, tapi terpencil di tengah keramaian.

Ini baru gambaran dalam kondisi normal. Belum termasuk situasi saat banjir menyapa Jakarta, yang sudah pasti akan membuat situasi lebih rumit.

Memang, pertimbangan PSSI mencoret JIS cukup masuk akal, tapi rencana melangsungkan pertandingan Timnas Indonesia di Jawa Barat jelas menjadi satu blunder yang langsung digoreng banyak pihak.

Sebelum ini, PSSI pernah memakai Stadion I Wayan Dipta saat melawan Timor Leste, dan Stadion Maguwoharjo untuk Piala AFF U-16. Belakangan, Stadion Gelora Bung Tomo juga siap dipakai untuk kualifikasi Piala Asia U-20.

Seharusnya, ada kesempatan yang sama juga untuk stadion lain (yang aksesibel). Dengan catatan, kondisinya layak dan sesuai ketentuan. Indonesia terbentang dari Sabang sampai Merauke, seharusnya ada banyak stadion yang bisa jadi pilihan.

Tapi, daripada hanya membuat kegaduhan seputar status "standar FIFA" Stadion JIS, ada baiknya PSSI, Pemprov DKI dan semua pihak terkait mulai ambil tindakan untuk berbenah. Minimal, ada perbaikan dalam hal aksesibilitas dari dan menuju Stadion JIS.

Jika situasi ini tak segera dibenahi, bukan kejutan kalau stadion terbesar di Indonesia ini akan jadi bangunan mangkrak. Seperti wisma atlet yang melegenda itu.

Menariknya, polemik soal "standar FIFA" JIS ini membuktikan, Indonesia sebenarnya lebih membutuhkan stadion berkualitas yang aksesibel, ketimbang stadion mewah yang kurang aksesibel.

Sekali lagi, ini soal kualitas dan manfaat jangka panjang. Semewah dan semegah apapun stadionnya, itu hanya sebuah pemborosan, jika tidak mendatangkan manfaat jangka panjang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun