Jawaban yang bisa diterka dari pertanyaan ini adalah, Erik Ten Hag tampak ingin mencoba menduetkan Casemiro dengan Fred. Kebetulan, kerjasama keduanya di Timnas Brasil cukup baik, dan diandalkan oleh Tite, pelatih yang kebetulan juga menganut sepak bola menyerang.
Meski terdengar agak konyol, karena Fred kerap tampil seadanya di Manchester United, duet ini terbukti menjadi kunci keseimbangan Tim Samba. Casemiro jadi spesialis perebut bola, sementara Fred bertugas mengalirkan bola ke depan.
Duet Fred-Casemiro di Selecao kurang lebih sama seperti duet Claude Makelele dan Ivan Helguera di Real Madrid (awal tahun 2000-an) atau duet N'Golo Kante dan Danny Drinkwater saat Leicester City juara Liga inggris musim 2015/2016.
Dengan filosofi sepak bola Ten Hag yang menekankan penguasaan bola dan proses membangun serangan dari bawah, keberadaan duet lini tengah seperti ini akan meringankan kerja lini belakang, terutama duet bek tengah.
Di MU sendiri, mereka punya bek tengah yang mampu tampil bagus di klub sebelumnya, antara lain karena punya lini tengah yang bisa memfilter serangan lawan. Inilah yang belum ada di Teater Impian, dan tampaknya mulai coba dibangun ulang oleh Ten Hag.
Jika dirunut lagi, sebenarnya rekam jejak itu masih ada. Harry Maguire bersinar di Leicester City karena mereka punya Wilfred Ndidi, Raphael Varane bisa maksimal di Real Madrid karena dicover oleh Casemiro. Personel baru mereka, yakni Lisandro Martinez, sebelumnya bersinar di Ajax, yang punya Edson Alvarez di pos "gelandang pengangkut air".
Jika melihat profil dan rekam jejak duet Fred-Casemiro di Timnas Brasil, upaya United memboyong lulusan akademi Sao Paulo FC ini adalah satu upaya instan. Meski berkebalikan dengan narasi "rebuild" yang selama ini rajin digembar-gemborkan, tekanan besar untuk lebih baik jelas tak bisa dihindari.
Diluar pertimbangan teknis, aroma politis dari upaya transfer Casemiro ke sudut merah Manchester juga terlihat. Dengan makin besarnya tekanan suporter pada keluarga Glazer (selaku pemilik klub) belakangan ini, mereka butuh satu peredam instan, salah satunya lewat transfer pemain sekelas Casemiro.
Jika transfer eks pemain FC Porto ini benar-benar terlaksana, bisa dipastikan posisi keluarga Glazer akan kembali aman. Ada keyakinan yang muncul, karena klub ternyata masih cukup menarik buat pemain bintang.
Tapi, kalau transfer Casemiro ternyata gagal seperti nama-nama sebelumnya, seharusnya para Manchunian bisa mulai menyadari, Â pesona klub mereka di mata pemain bintang kini telah pudar, karena level aktual klub sudah jauh berbeda dengan era Sir Alex Ferguson yang gemilang.
Ada banyak kemunduran dan kekurangan yang harus disadari, supaya tim ini bisa berbenah. Jika tidak, kemunduran yang ada bisa semakin parah, bahkan bukan tidak mungkin tim bisa turun kasta, seperti yang dulu pernah terjadi pada era 1970-an atau setelah Sir Matt Busby pensiun.