Dan sisanya adalah sejarah, yang titik awalnya bahkan sudah diulang Ten Hag. Terutama, kalau tidak ada perbaikan setelah ini.
Selain karena keduanya sama-sama orang Belanda, sikap keras dan keteguhan pada sepak bola menyerang, termasuk dalam aspek penguasaan bola, juga jadi kesamaan lain, yang bisa saja membuat sejarah akan terulang. Jangan lupa, Ten Hag juga aktif berbelanja pemain seperti halnya Si Tulip Besi.
Jelas, jika penampilan The Red Devils masih seperti saat melawan Brighton (bahkan lebih buruk lagi) ceritanya akan sama saja seperti yang sudah-sudah. Istilah ngapak-nya gagal maning, gagal maning.
Sebesar apapun penguasaan bola, tanpa diimbangi dengan penyelesaian akhir berkualitas, ini hanya akan jadi sebuah pertunjukan "seni membuang peluang" yang sudah pasti disukai tim lawan.
Maka, kekalahan atas Brighton di laga perdana Liga Inggris seharusnya bisa jadi peringatan bagus. United dan Manchunian perlu bangun dari mimpi indah di fase pramusim, karena kompetisi sudah dimulai.
Jika tidak, musim ini bisa jadi sebuah paket cerita komedi lain, yang akan disajikan dari Teater Impian, dengan memakai wujud sebagai Teater Komedi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H