Sementara itu, jika Timnas Indonesia gabung EAFF, akan ada pengalaman menarik yang siap menunggu. EAFF sendiri berdiri sejak tahun 2002, dan beranggotakan Jepang, Korea Selatan, Korea Utara, China, Taiwan, Mongolia, Guam, Kepulauan Mariana Utara, Hong Kong dan Makau.
Empat negara yang disebut pertama tergolong tim kuat di Asia, dan pernah tampil di Piala Dunia. Sisi kompetitif juga semakin terasa, karena Hongkong belakangan juga berkembang pesat.
Negara mungil yang sempat jadi koloni Inggris itu bahkan mampu lolos ke Piala Asia 2023. Peringkat FIFA nya pun (145) lebih tinggi dari Indonesia (154), dengan liga domestik yang belakangan cukup berkembang. Liga Hongkong juga sempat disorot, karena menjadi tempat Diego Forlan (legenda Timnas Uruguay dan peraih Golden Ball Piala Dunia 2010) mengakhiri karir bermain.
Boleh dibilang, level pengalaman bertanding yang didapat akan lebih baik ketimbang bertemu Thailand, Vietnam, Malaysia, atau Singapura.
Bonusnya, akan ada pengalaman menarik jika misal bertanding di Mongolia yang beriklim gurun dan bermusim dingin panjang. Atmosfer unik juga akan dijumpai, jika Tim Garuda berkesempatan tampil di Pyongyang, Korea Utara. Seperti diketahui, negara satu ini terkenal sangat tertutup, tapi punya sejarah panjang hubungan diplomatik cukup baik dengan Indonesia.Â
Fisik dan mental pemain Indonesia juga akan lebih teruji, karena kebanyakan negara anggota EAFF adalah negara empat musim. Tidak seperti AFF yang umumnya beriklim tropis.
Dari segi kesempatan bermain di kompetisi level atas Asia, kepindahan ke EAFF juga akan membuka kesempatan lebih banyak buat pemain Indonesia bermain di J-League atau K-League. PSSI pun bisa bekerjasama lebih intensif dengan kedua liga top Asia itu, untuk pengembangan kualitas kompetisi.
Tapi, di luar itu semua, tetap ada konsekuensi yang harus diperhatikan. Mulai dari ongkos akomodasi yang hampir pasti naik, sampai hal-hal lain yang perlu diperhatikan.
Selama PSSI dan pemerintah, dalam hal ini Kemenpora mau mendukung dan konsekuen, seharusnya tidak ada masalah. Satu hal lagi, PSSI dan publik sepak bola nasional perlu belajar untuk lebih realistis andai jadi bergabung di EAFF.
Targetnya bukan lagi juara, tapi berproses dan berprogres, karena level lawan sudah lebih tinggi dari Piala AFF. Ini bagus, karena dengan adanya lawan seperti Korea Selatan dan Jepang, publik sepak bola nasional bisa mulai belajar untuk "mengatur" euforia supaya tidak berlebihan.