Dalam olahraga sepak bola, laga akbar alias "big match" biasa menjadi satu daya tarik tersendiri. Maklum, tim yang berhadapan di partai ini biasanya punya catatan sejarah bagus, basis penggemar luas, atau materi pemain bintang.
Bumbu yang ada akan semakin lengkap, kalau kedua tim merupakan tim dari kota terbesar satu negara, yang juga tim tersukses di kompetisi, seperti pada kasus Real Madrid vs Barcelona, atau merupakan rival sekota, seperti AC Milan dan Inter Milan.
Makanya, ketika kedua tim merupakan rival sekota yang juga merupakan tim tersukses di kompetisi, tensi persaingan jadi semakin tinggi.Â
Contoh paling familiar dari kasus ini adalah partai "Superclasico" antara River Plate vs Boca Juniors, dua tim tersukses liga Argentina di level nasional dan benua, yang sama-sama bermarkas di kota Buenos Aires.
Contoh-contoh yang saya sebutkan di atas mungkin sangat sederhana dan terang benderang. Maklum, klub-klub yang ambil bagian memang sudah punya sejarah panjang, dan belum termasuk bumbu-bumbu lain seperti perbedaan kelas sosial atau pandangan politik.
Tapi, jika konteks label "big match" ini berada di sepak bola Indonesia situasinya jadi sedikit membingungkan. Entah kenapa, hampir semua pertandingan di Liga Indonesia mendapat label "big match".
Jika tujuannya adalah untuk menarik atensi publik, pada titik tertentu, strategi ini bisa dimengerti. Misalnya, jika kedua klub yang bertanding berasal dari provinsi, wilayah atau pulau yang sama.
Sebagai contoh, tajuk "big match Derby Sumatera" bisa saja tersemat, jika partai yang tersaji adalah Sriwijaya FC vs Semen Padang. Kebetulan, selain punya basis penggemar luas di daerahnya, kedua tim pernah juara ISL dan IPL, serta pernah mewakili Indonesia di kompetisi antarklub Asia.
Begitu juga jika kedua klub di atas bertemu PSMS Medan, klub yang memang pernah berjaya di era perserikatan. Ada pertimbangan historis yang masuk akal, selain masih satu pulau
Contoh lain datang dari terminologi "Derby" di Kalimantan, Jawa Timur atau Jawa Tengah. Di Jawa Tengah, faktor sejarah dan kesamaan daerah asal menjadi satu corak khas di pertemuan PSIS Semarang vs Persis Solo. Selain keduanya, dulu sempat hadir Persijap Jepara, tapi klub dari kota ukir itu belum kembali lagi ke kasta tertinggi.