Jadi, suka atau tidak, lewat kiprahnya selama ini, kita bisa melihat, pos striker murni tetap menjadi satu elemen kunci dalam strategi andalannya. Khususnya, jika serangan tim sedang buntu.
Makanya, ketika kontrak Aguero habis musim panas lalu, pelatih asal Catalan itu langsung bergegas memburu penyerang baru berprofil tinggi.
Di sini, nama Cristiano Ronaldo dan Harry Kane muncul sebagai target utama. Sayang, CR7 memilih pulang ke Manchester United, sementara Harry Kane urung direkrut, karena Tottenham Hotspur mematok harga 150 juta pounds.
Apa boleh buat, Si Biru Langit terpaksa harus mengarungi musim ini dengan strategi tanpa striker. Pos lini depan mereka bahkan semakin tipis, setelah Ferran Torres dilepas ke Barcelona di bursa transfer Januari.
Sebenarnya, Pep masih punya Gabriel Jesus, tapi performa eks pemain Palmeiras ini cenderung inkonsisten. Akibatnya, pada saat-saat kritis, mereka benar-benar mati kutu, terutama jika tim lawan mampu menghadirkan pukulan kejutan.
Salah satu momen paling mencolok hadir, saat Kevin De Bruyne dkk bersua Real Madrid di semifinal Liga Champions baru-baru ini. Meski sempat unggul lebih dulu, mereka justru kena comeback di menit akhir, karena Real mampu membuat pergantian pemain yang jitu.
Ironisnya, kekalahan mereka justru diinspirasi oleh Karim Benzema, yang notabene merupakan seorang striker murni. Dalam dua leg semifinal, pemain asal Prancis itu mencetak tiga gol, termasuk satu penalti Panenka.
Kekalahan menyakitkan ini rupanya mampu "membangunkan" Pep dan manajemen Manchester City, untuk segera berburu striker murni.
Hasilnya, nama Erling Haaland (21) segera didaratkan, setelah mereka membayar ongkos 63 juta pounds ke Borussia Dortmund, sesuai angka klausul rilis sang bintang.
Ditambah ongkos komisi agen dan lain-lain, biaya transfer pemain Norwegia ini mencapai angka kurang lebih 100 juta pounds. Sebuah angka yang cukup layak, untuk seorang pemain muda yang mencetak total 85 gol dari 88 penampilan di Dortmund, hanya dalam kurun waktu 2,5 tahun.