Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Simbiosis Mutualisme AS Roma dan Jose Mourinho

6 Mei 2022   18:06 Diperbarui: 6 Mei 2022   18:08 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekspresi haru Jose Mourinho usai lolos ke final Europa Conference League (Tribunnews.com)

Bicara soal siapa saja pelatih sukses di era modern, banyak nama yang pasti akan terlintas di pikiran kita. Ada Sir Alex Ferguson yang awet dan meraih berbagai trofi di Manchester United, atau Carlo Ancelotti yang baru saja menjadi pelatih pertama, yang juara di lima liga top Eropa.

Tapi di antara sekian banyak nama-nama top itu, nama Jose Mourinho tentu tak bisa dikesampingkan begitu saja.

Terlepas dari strateginya yang cenderung pragmatis, dan gaya komunikasinya yang kadang konfrontatif, pelatih asal Portugal itu tetap punya portofolio prestasi mengkilap.

Terbukti, klub sekelas FC Porto mampu dibawanya juara Piala UEFA (kini Liga Europa) dan Liga Champions secara berurutan. Begitu juga dengan Inter Milan yang dibawanya mencatat Treble Winner historis.

Hebatnya, di klub yang grafiknya inkonsisten pun, prestasi masih mampu dicatat. Ada trofi Liga Europa dan Piala Liga bersama Manchester United dan lolos ke final Piala Liga di Tottenham Hotspur.

Portofolio prestasi The Special One juga semakin panjang, seiring kesuksesan membawa AS Roma ke final UEFA Europa Conference League, kompetisi antarklub Eropa kasta ketiga. Giallorossi dipastikan lolos, setelah menang agregat 2-1 atas Leicester City, klub kontestan Liga Inggris.

Di final, Tammy Abraham dkk akan berhadapan dengan Feyenoord Rotterdam, klub Eredivisie Belanda. Jika menang, ini akan jadi trofi kontinental pertama klub di era modern.

Sebelumnya, mereka sempat meraih trofi Piala Fairs (cikal bakal Liga Europa) pada musim 1961/1962. Selebihnya, prestasi kontinental tertinggi klub adalah finalis Liga Champions musim 1983/1984, saat kalah adu penalti dari Liverpool.

Jika dirunut dari awal, musim ini mungkin jadi satu musim penuh kejutan, bahkan mungkin bagi Romanisti sendiri. Maklum, manajemen klub mampu mendatangkan pemain berpengalaman macam Rui Patricio, dan pemain potensial macam Tammy Abraham. Keduanya tampil cukup oke sepanjang musim ini.

Kejutan terbesar tentu saja datang dari kedatangan Jose Mourinho. Untuk pertama kalinya sejak era Fabio Capello di awal dekade 2000-an, klub punya pelatih berprofil tinggi.

Hasilnya pun cukup lumayan. Tim yang musim lalu finis di posisi ketujuh klasemen akhir Serie A mampu dibawanya bertengger di posisi lima besar klasemen.

Peluang "naik kelas" ke Liga Europa pun semakin terbuka, seiring kelolosan Si Serigala ke final Europa Conference League. Andai tergelincir di pekan-pekan akhir liga pun, musim ini masih akan tetap jadi musim yang bagus, karena klub mampu meraih trofi.

Jika mampu juara, eks pelatih Real Madrid ini akan jadi pelatih pertama yang mampu meraih trofi di tiga kasta berbeda kompetisi antarklub Eropa. Sebuah catatan historis yang mungkin akan sulit diulang untuk waktu lama.

Menariknya, final Europa Conference League di kota Tirana (Albania) nanti akan mempertemukan Mou dengan klub yang juga berpeluang mencatat sejarah serupa: menjadi klub pertama yang pernah meraih trofi di tiga kasta kompetisi antarklub Eropa (sejak Piala Intertoto dibubarkan UEFA).

Seperti diketahui De Rotterdamers meraih 1 trofi Liga Champions (musim 1969/1970) bersama Ernst Happel, dan 2 trofi Piala UEFA (kini Liga Europa) musim 1973/1974 dan 2000/2001, masing-masing di bawah komando Wiel Coerver dan Bert Van Marwijk.

Melihat perjalanan Roma di musim perdananya bersama eks pelatih Chelsea, mungkin masih ada sedikit kekecewaan, karena mereka gagal lolos ke Liga Champions musim depan.

Jelas, ada simbiosis mutualisme di sini, karena Mourinho berkesempatan menebus rasa penasaran dalam karirnya. Maklum, ia dipecat Tottenham Hotspur, hanya sehari sebelum final Piala Liga musim lalu. Kini, kesempatan itu datang di final kompetisi Eropa, yang bisa melengkapi portofolio prestasi yang memang sudah kinclong.

Di sisi lain, bersama Mourinho, Roma berkesempatan mencatat sejarah baru di Eropa, sambil menyelamatkan wajah klub Italia, yang musim ini terlihat lesu di kompetisi antarklub Eropa.

Akankah tahun pertama mereka berakhir manis?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun